Kalau ngomongin soal rumah, kayaknya langsung muncul dua tipe manusia: yang semangat banget ambil KPR biar punya rumah impian dan yang lebih suka sewa rumah alias ngontrak sambil menikmati hidup dari satu tempat ke tempat lain. Nah, saya ini lebih milih tipe kedua.
Banyak yang bertanya-tanya kenapa saya gak ambil KPR aja, kan bisa langsung punya rumah. Mungkin jawaban saya gak standar, tapi semoga bisa memberikan sudut pandang baru buat kamu yang lagi mikirin hal serupa. Yuk, kita ngobrolin kenapa saya lebih suka sewa rumah dan nabung saham daripada ambil KPR, dan gimana ini semua ada kaitannya sama perjalanan hidup, psikologi, dan... nasihat dari bapak saya.
Fleksibilitas Finansial: Kunci Kebebasan (dan Kedamaian Pikiran)
Coba bayangin ini: kamu ambil KPR, misalnya untuk rumah seharga Rp 1 Miliar. Tiap bulan, kamu punya cicilan yang gak main-main besarnya. Bisa jadi 10-15 juta atau bahkan lebih. Di sisi lain, kalau kamu sewa rumah atau ngontrak, biayanya bisa lebih rendah, terutama kalau kamu tinggal di lokasi yang gak terlalu hype. Nah, selisih uang itu saya pilih buat diinvestasikan ke saham.
Kenapa saham? Karena potensi return-nya bisa jadi lebih besar dibanding kenaikan harga rumah yang kamu cicil. Dengan kata lain, saya tetap bisa nabung untuk beli rumah, tapi dengan cara yang lebih fleksibel dan mungkin lebih menguntungkan. Lagipula, kalau tujuan akhirnya adalah punya rumah yang nyaman di masa tua, kenapa gak coba kumpulkan dana dengan cara yang lebih efisien?
Dan di sinilah "manajemen istri" memainkan peran penting. Karena skill manajemen keuangan istri saya yang luar biasa, tabungan saham kami tetap terjaga rapi tanpa perlu mengurangi kenikmatan hidup saat ini. Kalau istilah modern-nya, financial freedom bisa dicapai tanpa harus makan mie instan setiap hari.
Sewa Rumah, Fleksibel dalam Berpindah Lokasi dan Lingkungan
Salah satu keuntungan terbesar dari ngontrak adalah fleksibilitas pindah. Apalagi kalau kamu tipe orang yang karirnya suka berubah-ubah atau harus pindah-pindah kota. Sewa rumah membuat kamu gak perlu terikat pada satu lokasi aja. Misalnya, kalau tiba-tiba kamu dapat tawaran kerja yang lebih bagus di kota lain, tinggal angkat koper, cabut, dan cari tempat baru. Simpel dan gak perlu repot urusan jual-beli rumah.
Belum lagi soal lingkungan. Kalau kamu tinggal di satu tempat dan ternyata lingkungan sekitarnya gak sesuai ekspektasi---entah itu tetangganya kurang ramah, suasananya gak nyaman, atau mungkin terlalu banyak suara klakson pas tengah malam---yaudah, tinggal pindah aja ke tempat lain yang lebih cocok.
Ini berbeda kalau kamu udah beli rumah dengan KPR, di mana mau gak mau kamu harus "betah-betahin diri". Gimana enggak? Cicilannya udah nempel, kalau mau pindah berarti harus jual rumah dulu, dan itu gak gampang.
Beli Rumah Saat Pensiun: Memilih Lokasi yang Lebih Nyaman dan Hemat
Nah, ini juga jadi alasan utama saya lebih suka ngontrak dan baru berencana beli rumah nanti saat pensiun. Kalau kamu sekarang kerja di kota besar, biasanya lokasi rumah yang kamu butuhkan juga harus strategis, deket sama tempat kerja atau fasilitas publik. Tapi apakah setelah pensiun kamu masih ingin tinggal di situ juga?
Bisa jadi, lokasi ideal saat bekerja akan sangat berbeda dari lokasi impian saat pensiun. Saat kerja, mungkin butuh yang deket kantor dan fasilitas. Tapi saat pensiun? Mungkin kamu ingin suasana yang lebih tenang, gak terlalu hiruk-pikuk, dan yang jelas, biaya hidupnya lebih murah. Dengan nabung dan tetap fleksibel, kamu bisa punya opsi lebih banyak untuk memilih rumah yang cocok di masa pensiun nanti, entah itu di desa yang asri atau di tepi pantai yang sunyi.
Selain itu, biaya hidup di lingkungan yang santai dan jauh dari pusat kota biasanya lebih rendah. Jadi, dengan menunggu sampai pensiun buat beli rumah, kamu bisa menekan pengeluaran dan menikmati hidup dengan tenang.
Beban Psikologis: KPR vs. Kebebasan Finansial
Kalau ngomongin KPR, kita juga perlu bahas beban psikologis yang menyertainya. Membeli rumah dengan KPR bisa jadi bikin kamu merasa "aman" karena punya properti sendiri. Tapi di sisi lain, tiap bulan ada cicilan yang harus dibayar selama bertahun-tahun---20 tahun, 25 tahun, bahkan 30 tahun. Bayangin, baru bangun tidur aja udah harus mikirin bayar cicilan.
Menurut saya, kondisi tanpa hutang memberikan rasa kebebasan dalam setiap keputusan finansial. Kalau ada kesempatan bisnis yang menarik, ingin berlibur, atau mungkin mau ambil cuti panjang dari pekerjaan, semua itu lebih mudah dilakukan kalau gak ada beban cicilan yang mengintai setiap bulan.
Nasihat Bapak dan Filosofi "Kucing Jadi Harimau"
Bapak saya pernah bilang, "Kalau bapak cuma kucing, kamu harus jadi harimau." Maknanya sederhana, generasi berikutnya harus jadi lebih baik dari generasi sebelumnya. Nah, orang tua saya beli rumah pakai KPR---dan itu adalah keputusan terbaik pada zamannya. Tapi saya ingin meningkatkan cara hidup ini menjadi lebih baik, baik dari segi finansial maupun psikologis.
Dari buku Rich Dad Poor Dad saya belajar pentingnya mengelola keuangan dengan cerdas. Sedangkan dari The Psychology of Money, saya paham betapa pentingnya memiliki kebebasan dan kendali atas uang kita. Kebebasan inilah yang ingin saya capai dengan cara lebih fleksibel: ngontrak, menabung saham, dan tetap menikmati hidup tanpa harus terkunci pada satu tempat.
Akhir Kata: Hidup Bebas, Beli Rumah di Waktu yang Tepat
Mungkin gaya hidup seperti ini gak cocok untuk semua orang. Banyak yang merasa lebih tenang punya rumah sendiri daripada ngontrak. Tapi bagi saya, lebih penting untuk bisa punya fleksibilitas, gak terbebani oleh cicilan panjang, dan tetap bisa menabung untuk tujuan jangka panjang.
Sekarang giliran kamu, nih. Apakah kamu lebih suka punya rumah dengan KPR secepat mungkin, atau lebih memilih fleksibel dengan ngontrak dan menabung dulu? Bagaimana cara pandang kamu terhadap kebebasan finansial dan kenyamanan hidup? Yuk, share pendapatmu di kolom komentar!
Selamat memilih jalan hidup, dan semoga apa pun yang kamu pilih, selalu membawa kebahagiaan dan ketenangan batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H