Mohon tunggu...
Anggit Pujie Widodo
Anggit Pujie Widodo Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Orang boleh pandai setinggi langit. Tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. ( Pramoedya Ananta Toer )

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Bjorka, Pemerintah, dan Kaleng Biskuit

18 September 2022   22:35 Diperbarui: 18 September 2022   23:40 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagad kehidupan manusia di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir tampaknya tidak pernah lepas dari kata 'Ramai'. Belum kelar disuguhi kasus polisi tembak polisi yang ikut menyeret nama Jenderal di instansi penegak hukum di Indonesia (Polri), nah muncul lagi kasus baru yang seolah tak mau kalah bersaing dengan kasus polisi tembak polisi di trending Twitter. 

Bjorka. Satu kata kunci yang menyiratkan pikiran kita pada satu kasus, yaitu bocor. Bukan bocor atap rumah, apalagi bocor rahasiamu dari bibir 'Lamis' temanmu. Bocor bukan sembarang bocor, apa itu? Jawabannya yah kebocoran data. Bjorka ini mengaku sebagai hacker. Ia aktif di salah satu platform media sosial Telegram dan menyebarkan setiap aktivitasnya ke group di platform tersebut. 

Selain kebocoran data, mungkin sedikit saja coba saya ulas bagaimana kurang kerjaannya Bjorka ini dan begitu niatnya dia dalam membocorkan data bahkan menyebarkan data para pejabat Negeri ini ke masyarakat luas. 

Kegabutan Bjorka salah satunya ialah dengan melakukan penyebaran data (doxing). Data jajaran menteri yang disebarkan ke grup Telegram itu disebar, dimana lengkap mulai dari nama lengkap, nomor KTP, nomor KK, nomor orang tua, alamat rumah, tempat dan tanggal lahir, status agama, riwayat pendidikan dan sebagainya. 

Dari sini saya malah sedikit curiga, kalau Bjorka ini sedang kanker (kantong kering). Sebab itu dia menyebarkan data para pejabat, padahal itu hanya alasan dia saja untuk coba meminjam dana ke Pinjol (pinjaman online). Dugaan saya aja, jangan diseriusin.

Oke, lanjut. Jajaran menteri yang jadi korban disebarkan datanya oleh Bjorka antara lain yakni Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.

Lihat? Ini mah sudah jelas Bjorka ini ingin pinjam uang ke Pinjol tapi pakai data orang lain. Hmm. Gabut sekali yah Wanda wahai Bjorka !

Kegabutan Bjorka sebenarnya tidak hanya itu, ia juga mengklaim telah menyebarkan data warga Indonesia yang diklaim berasal dari KPU (Komisi Pemilihan Umum). Data yang disebar itu sama seperti datanya para pejabat, meliputi nama lengkap warga, nomor KTP, nomor KK, alamat, nomor TPS (Tempat Pemungutan Suara), tempat dan tanggal lahir warga, usia, jenis kelamin, hingga status penyandang disabilitas.

Bjorka ini juga mengancam membobol data My Pertamina hingga mengklaim telah membocorkan dokumen rahasia Presiden RI Joko Widodo. Hmm, sejauh ini saya melihat bagaimana Bjorka telah sukses menjadi aktor utama dalam kasus ini. Ibarat sine drama Bjorka ini sudah seperti Kang Mus di Preman Pensiun, Ngeriiiii.

Coba keluar sebentar keluar rumah, lalu pikirkan matang-matang. Bagaimana satu orang Hacker sampai bisa membuat pemerintah turun tangan. Bahaya juga nih Bjorka. Ckckc. 

"The next leak will come from the president of Indonesia (kebocoran selanjutnya akan datang dari Presiden Indonesia)," tulis Bjorka dikutip dari akun Twitter Dark Tracer. Dari cuitannya di Twitter itulah Bjorka mengancam akan membocorkan dokumen rahasia presiden. 

Meskipun begitu, gabutnya Bjorka yang akan melangkah jauh membocorkan dokumen rahasia presiden itu langsung dapat bantahan alias jurus dari Juru bicara BIN, Wawan Hari Purwanto. Saya coba kutip statement nya. Begini bunyinya. 

"Hoax itu, dokumen BIN aman terkendali, terenkripsi secara berlapis, dan semua dokumen pakai samaran," kata Wawan. Silahkan diterjemahkan sendiri yah. Hihi..

Cerita bagaimana munculnya Bjorka secara tiba-tiba di perhelatan kasus di Indonesia, seolah menambah beban bagi pemerintah. Belum selesai satu kasus, muncul lagi kasus lainnya. Mungkin kalau saya jadi pejabat di pemerintahan juga bakal pusing tujuh keliling melihat persilatan duniawi yang makin runyam ini. 

Sudah jatuh tertimpa tangga. Peribahasa yang saya rasa tepat disematkan untuk pemerintah saat ini. Seolah diajak untuk sibuk setiap hari dan tidak diberikan hari libur. Kasus Bjorka yang tidak tau kapan berhentinya ini, seketika membuka jalan pikiran saya. 

Kasus bocornya data ini membuat banyak pertanyaan berkeliaran di kepala. Pagi, siang, sore malam selalu kepikiran akan pertanyaan itu. Sampai-sampai mikirin Ayang aja tak sempat. Huhuu..

Stop, jangan bahas Ayang. Lanjut ke Bjorka. 

Kegabutan Bjorka ini, mengisyaratkan banyak pertanyaan seperti soal ujian nasional. Apakah keamanan Siber pemerintah semudah itu untuk dijebol? Mengapa Bjorka dengan mudahnya menyebarkan data penduduk dan menyebarkan data pribadi milik para pejabat? 

Apakah kekuatan Siber pemerintah selemah itu hingga mudah sekali untuk dijebol? Lantas dari beberapa tahun yang lalu, sebenarnya apa yang dikerjakan? Kok dengan gampangnya Bjorka mengacak-acak sistem keamanan Siber? Bahkan disebar loh.. 

Bayangkan saja, ketika data kita disebar dan dijual ke pasar gelap. Betapa ruginya kita sebagai manusia. Tiba-tiba bangun tidur saat pesan WhatsApp dari agen pinjol yang nagih hutang, padahal minjem saja tidak pernah. 

Tiba-tiba dikala akan mandi, ada SMS masuk menawarkan parfum, nawarin motor, pecel, bakso, pacar, nikah dan lainnya. Hadeeeh !

Sudah data mudah dibobol, juga raga ini juga lekas membobol hatinya. Hmm..

Saya jadi ingat kaleng biskuit jika melihat kasus Bjorka ini. Ibaratnya nih, Bjorka sudah sukses mengacak-acak sistem keamanan pemerintah, tapi pemerintah sendiri malah selalu mengelak dan mengatakan itu hoax. Bahkan semua instansi terkait tidak membenarkan informasi data yang diungkap Bjorka. 

Mulai dari BIN, KPU, hingga Kominfo mengatakan bahwa data yang berada di tangan mereka aman dan tidak mengalami kebocoran.

Hubungannya dengan kaleng biskuit apa? 

Mungkin saya, bahkan kita semua sering menemukan kaleng kerupuk merk Khong Guan yang terpampang dimana-mana. Dari luar nampak kaleng tersebut seolah mengajak jari-jemari kita untuk membuka dan mencicipi biskuit renyah khas Eropa di dalamnya. 

Tapi nyatanya, isinya cuma kerupuk yang digorengnya pun pakai minyak jelantah. Menggambarkan bahwa cover tidak sesuai dengan isi. Perih!

Analisa saya, pemerintah mengelak semua yang terjadi pada mereka sekarang karena kelakuan Bjorka. Pemerintah tetap ingin terlihat kuat, rapi dan tanpa celah. Meskipun di dalamnya, mungkin memang terjadi gonjang-ganjing yang begitu merepotkan. Benar atau tidaknya bocornya data itu saya juga tidak sepenuhnya tahu. Sisi lain pemerintah bilang aman, sisi lain lagi Bjorka malah membocorkan. 

Lantas siapa yang harus saya percaya? Pesulap merah? Saya juga tidak yakin dia bisa mengatasi kasusnya dengan Mas Udin.. 

Dalam kasus ini, saya sebagai masyarakat biasa dan kita semua, harusnya memang selalu mengikuti informasi terupdate agar tidak terlalu tertinggal jauh di belakang. Karena terlalu jauh tertinggal, akhirnya kita tidak tahu gejolak apa yang terjadi. Sebagai masyarakat yang baik dan benar serta selalu mematuhi perintah ayah dan bunda dan Ayang, janganlah suka menutupi sesuatu, seperti mungkin yang terjadi di internal pemerintah. 

Lalu jangan juga terlalu 'Lamis' dengan membocorkan semua data dan seluruh rahasia yang seharusnya tidak harus diketahui, seperti yang dilakukan Bjorka. Kerupuk kaleng biskuit mungkin hanya covernya saja yang menarik, namun saat dibuka isinya kerupuk dan kita kecewa, yah jangan menyalahkan yang punya kaleng. Coba tanyakan pada dirimu sendiri dahulu, sebelum membuka kaleng, apakah bertanya lebih dahulu atau langsung membuka? 

Bjorka dan pemerintah mengajarkan kita akan satu nilai yang harus dibangun ulang. Yakni saling melengkapi. Mungkin saja kegabutan Bjorka itu terjadi karena ia kesal melihat mudahnya data Siber pemerintah mudah dibobol, tujuannya mungkin saja baik untuk mengingatkan. Tapi mungkin lagi nih, karena Bjorka anaknya terlalu over eksis, dia sampai kelewat batas. 

Salam. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun