Mohon tunggu...
Anggit Pujie Widodo
Anggit Pujie Widodo Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Orang boleh pandai setinggi langit. Tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. ( Pramoedya Ananta Toer )

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lorong Pemisah

9 Agustus 2022   14:50 Diperbarui: 9 Agustus 2022   14:58 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sudut pandangannya, Lelaki itu kembali melihat sebuah pintu. Nampaknya lorong itu memang di setting seperti itu. Kini ada satu pintu lagi yang akan ia lewati, namun, untuk pintu yang satu ini adalah tempat ia keluar dan yang pertama untuk ia masuk. 

Sebelum menjamah menghadap pintu, Lelaki itu berhenti tot di tengah lorong. Seketika ia melamun, seolah mengingat suatu hal yang pernah ia lakukan di lorong ini di masa lalu. Otaknya bekerja, terus menerus ia berpikir apa yang pernah ia lakukan di lorong ini. 

Sontak Lelaki itu bergetar, ia mengingat sesuatu setelah terdiam sejenak. Baris kenangan mulai berputar di dalam isi kepalanya. Gadis berjilbab merah yang ia temui di kelas beberapa waktu lalu, pernah ia temukan di masa lalu. 

Tepat di lorong itu, ia sadar bahwa di tempat inilah ia kehilangan wanita jilbab merah dengan senyum manis itu. Bersama tangan lain dan bukan tangannya, Lelaki itu akhirnya paham, bahwa ia tidak akan penuh memegang jemari wanita itu. 

Yang selalu ia takutkan, berawal dari lorong itu. Anak tangga itu seolah membawa Lelaki itu berlari ke masa lalu, mempertemukannya dengan wanita Jilbab merah di satu ruangan dan menunjukkan ketika sudah saatnya untuk kehilangan. 

Lelaki itu masih berdiam diri, di lorong gelap. Ia urungkan niatnya untuk menuju pintu keluar lorong di depan matanya. Ia hanya berdiri, kemudian ter duduk bersila di tengah lorong. Pandangannya ia arahkan ke sebelah kiri tepat di satu ruangan.

Lelaki itu tak tahu apalagi yang akan terjadi di dalam kelas itu, ruang masa lalu seolah memutar kembali waktu yang pernah ia lalui. Lelaki itu juga tak tahu akan dibawa kemana lagi tubuhnya, mengingat apalagi pun ia tak tahu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun