Pada akhir Desember 2019, virus jenis baru muncul dan mulai menarik perhatian masyarakat dunia yang dikenal dengan nama “Covid-19” (Coronavirus Disease 2019). Virus ini pertama kali muncul di pasar hewan dan makanan laut di Kota Wuhan, karena orang pertama yang terinfeksi virus ini adalah salah satu pedagang di pasar tersebut, kemudian virus ini menyebar ke negara-negara di seluruh dunia.
Melihat angka penyebaran yang terus meningkat setiap harinya dan banyaknya kasus kematian, membuat pemerintah Indonesia terpaksa menerapkan beberapa kebijakan untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 yaitu penerapan sistem lockdown hingga penerapan protokol kesehatan seperti mencuci tangan secara rutin, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas (5M). Selain itu, masyarakat diharapkan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengikuti program vaksinasi.
Munculnya Covid-19 Varian Baru
Sudah satu tahun lamanya masyarakat di belahan dunia hidup berdampingan dengan virus Covid-19, khususnya Indonesia. Mengutip World o Meter, “Indonesia dengan 2,1 juta kasus infeksi dan 57.561 kematian, menempati posisi ke-4 dengan kasus Covid-19 terbesar dunia”. Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kurang menjaga protokol kesehatan, efek mudik, hingga kemunculan varian-varian baru. Varian baru virus Covid-19 yaitu Alpha atau B.117 asal Inggris, Beta atau B.1351 asal Afrika Selatan dan varian mutasi ganda Delta atau B.1617 asal India.
Varian Covid-19 Alpha (B.117)
Di penghujung tahun 2020, tepatnya pada September 2020, Covid-19 Genomics UK Consortium (Cog-UK) telah menemukan varian baru dari Covid-19 yang berasal dari Inggris yaitu B.117 atau varian Alpha yang bermutasi N501Y di strain Inggris yang disebut "VOC-202012/01". Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa menurut informasi yang diberikan oleh pejabat Inggris, varian baru ini menyebar lebih cepat dari versi virus aslinya, tetapi diyakini tidak lebih mematikan.
Menurut catatan WHO, varian tersebut telah menyebar ke setidaknya 60 negara, sedangkan di Indonesia sendiri Wakil Menteri Kesehatan, Dr. Dante Saksono mengumumkan dua kasus varian B.117 ini ditemukan bertepatan dengan setahun pandemi di Indonesia.
Namun, ditemukan gejala pasien yang terkena varian B.117 berbeda dari biasanya, yaitu kelelahan dan mengantuk, mual hingga pusing, nyeri otot, dan dikutip dari Express UK, “Layanan Kesehatan Inggris (NHS) menemukan gejala varian B.117 yaitu radang tenggorokan, ruam pada kulit, diare, sakit kepala, konjungtivitis (mata merah), dan perubahan warna (discolouration) pada jari tangan dan kaki”.
Varian Covid-19 Beta (B.1351)
Selain varian Alpha yang muncul pada akhir tahun 2020, varian Beta telah ditemukan di Afrika Selatan pada Desember 2020. Pada 18 Desember 2020, Afrika Selatan memberitahukan bahwa mutasi baru yaitu N501Y ditemukan dan menyebar begitu cepat di tiga provinsi yaitu provinsi Eastern Cape, Western Cape, dan KwaZulu-Natal.
WHO mencatat, meskipun kedua varian yang ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan berbagi mutasi N501Y, secara fundamental mereka berbeda karena pada varian Beta membawa dua mutasi lain yaitu E484K dan K417N yang tidak terdapat di strain Inggris. Kementerian Kesehatan menyatakan kasus pertama varian Beta di Indonesia ditemukan di Bali pada 25 Januari 2021. Gejala varian Beta tidak jauh berbeda dengan infeksi Covid-19 pada umumnya. Namun, varian Beta lebih berbahaya karena dapat menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.