Kitab ini merupakan salah satu kitab yang dikarang oleh ulama terkenal yaitu KH. Hasyim Asy'ari. Dalam kitab ini KH. Hasyim Asy'ari menjelaskan pendidikan karakter untuk seorang pelajar (santri) dan  seorang pendidik (ulama/guru). Tulisan ini ringkasan materi kitab tersebut pada bab kedua dan ketiga.
Dalam bab kedua kitab Adabul 'Alim wal Muta'allim berisikan pembahasan bagaimana etika seorang pelajar terhadap dirinya sendiri. Menurut KH. Hasyim Asy'ari menuliskan sepuluh macam etika pelajar terhadap dirinya sendiri, yaitu:
Pertama, seorang pelajar harus mensucikan hatinya dari segala perasaan-perasaan yang buruk sebelum menuntut ilmu. Hati yang bersih maka akan mudah untuk seorang pelajar dapat menerima ilmu dan memahami ilmu tersebut.
Kedua, sebelum menuntut ilmu harus meluruskan niatnya terlebih dahulu. Niat tersebut untuk tujuan mencari ridho Allah, bukan bertujuan untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi. Tujuan duniawi hanya sebatas menjadi motivasi untuk lebih semangat dalam menuntut ilmu, tetapi tetap tujuan utama untuk Allah SWT.
Ketiga, segera mencari ilmu, jangan menunda-nunda waktu yang ada. Gunakan masa muda sebaik mungkin untuk menuntut ilmu, karena setiap waktu melewati umur dan tidak dapat diganti maupun ditukar oleh apapun.
Keempat, menerima apa adanya (qana'ah) segala sesuatu yang ia miliki sekarang, seperti makanan ataupun pakaian, dan sabar atas kehidupan yang cukup dalam proses menuntut ilmu.
Kelima, seorang pelajar harus bisa memanajemen waktu, dan dapat memanfaatkan setiap kesempatan dari umurnya. KH. Hasyim Asy'ari juga menuliskan waktu yang ideal dan baik digunakan untuk para pelajar, diantaranya: waktu sahur baik untuk menghafal, waktu pagi untuk belajar, waktu siang untuk menulis, dan waktu malam untuk mengevaluasi pelajaran.
Keenam, makan secukupnya atau mempersedikit makan, karena apabila perut dalam keadaan terlalu kenyang maka badan akan menjadi berat dan menghalangi kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Ketujuh, dapat menjaga dan mengontrol dirinya sendiri dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak harga dirinya (wira'i). Selalu memperhatikan keadaan, dan memperhatikan kehalalan apa yang ia makan, minum dan gunakan baik berupa pakaian maupun tempat tinggal.
Kedelapan, memilih makan-makanan yang bergizi, dan sehat. Makanan yang dimakan akan mempengaruhi perkembangan dan kecerdasan otak. Dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan cukup cairan, seorang pelajar dapat lebih fokus dan mudah menyerap ilmu pelajaran.
Kesembilan, mengatur pola tidur. Jam tidur yang ideal yaitu delapan jam dalam sehari semalam. Maka seorang pelajar tidak boleh tidur lebih dari delapan jam tersebut. Apabila ia terlalu merasa lelah, maka ia dapat memberikan istirahat terhadap dirinya, hatinya dan penglihatannya dengan mencari hiburan, seperti bersantai ke tempat hiburan, taman, dan sebagainya.
Kesepuluh, meninggalkan pergaulan yang tidak baik, dan memutuskan urusan-urusan yang menyibukkan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat untuk diri sendiri. Carilah pergaulan yang berisikan orang-orang yang shaleh, kuat agamanya, takut kepada Allah, bersih hatinya, dan banyak berbuat kebaikan. Apabila kita bergaul dengan orang seperti itu maka kita akan terbawa menjadi baik, dan apabila kita melakukann kesalahan atau lupa, maka teman kita mengingatkannya.
Sepuluh etika tersebut diharapkan mampu diterapkan oleh para pelajar terhadap dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari, agar dalam proses menuntut ilmu, ilmu yang dipelajari dapat diterima dan dipahami dengan baik.
Selanjutnya pada bab ketiga kitab Adabul 'Alim wal Muta'allim membahas bagaimana etika pelajar terhadap gurunya. Guru merupakan orang tua murid di sekolah, apabila di rumahnya ia harus menghargai orang tuanya, maka di sekolah seorang pelajar harus menghargai dan menghormati gurunya. Ada dua belas macam etika seorang pelajar terhadap gurunya, yaitu:
Pertama, berfikir dengan matang kemudian melakukan sholat istikharah, kepada siapa ia harus mengambil ilmu dan mencari bagusnya budi pekerti dari dirinya.
Seorang pelajar hendaklah memilih guru yang sesuai dengan bidangnya, memiliki sifat kasih sayang, memiliki etika, dapat menjaga martabat seorang guru, dan memiliki metode pengajaran yang bagus dan dapat dipahami. Sebagian ulama salaf meriwayatkan: "ilmu ini adalah agama, maka perhatikanklah dari siapa kalian mengambil atau belajar agama kalian".
Kedua, harus bersungguh-sungguh dalam mencari seorang guru, guru yang dicari yang mempunyai perhatian khusus terhadap ilmu syari'at dan ahli dalam mata pelajaran yang ia ajarkan, bukan yang mengambil ilmu hanya sebatas makna yang tersurat dalam sebuah teks saja.
Ketiga, mendengarkan nasehat-nasehat dan aturan-aturan dari gurunya, selagi hal itu berupa ajaran yang baik. Hendaknya hubungan seorang guru dengan muridnya seperti seorang dokter spesialis dengan pasiennya.
Ia selalu meminta resep yang sesuai dengan anjuran dan berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh ridhonya dan bersungguh-sungguh memberikan penghormatan kepadanya dan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara melayaninya.
Seorang pelajar yang merendahkan diri di hadapan gurunya itu merupaka suatu kemulyaan, ketundukannay kepada gurunya merupakan suatu kebanggan dan tawadhu' dihadapan gurunya merupakan keterangkatan derajatnya.
#kuliah #ngaji #kitabkuning #pai #unismabekasi #Islam #Indonesia #studinaskah_par1
