Generasi Z tumbuh di era digital yang sangat dipengaruhi oleh globalisasi dan teknologi. Salah satu tantangan utama bagi generasi Z adalah mempertahankan identitas budaya mereka di tengah arus globalisasi yang membawa budaya-budaya dari berbagai belahan dunia. Adopsi budaya global dapat mengancam keberlangsungan dan keaslian budaya lokal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, sehingga memunculkan kekhawatiran akan hilangnya warisan budaya.
Globalisasi sering kali membawa nilai-nilai baru yang berkaitan dengan nilai budaya lokal dan nilai agama Islam. Generasi Z lebih terbuka terhadap nilai-nilai global, yang kadang bertentangan dengan nilai-nilai lokal dan nilai-nilai agama Islam. Adanya teknologi dan media sosial merupakan pedang bermata dua. Di satu sisi, media sosial bisa digunakan untuk mempromosikan budaya dan nilai-nilai agama. Di sisi lain, media sosial juga sering menjadi sumber informasi yang kurang akurat yang dapat meningkatkan risiko privasi dan keamanan data bagi masyarakat. Peran media sosial juga dapat mempengaruhi cara berpikir, berinteraksi dan bahkan beribadah menjadi sangat dominan.
Media sosial juga dapat memengaruhi gaya hidup dan kesehatan Generasi Z melalui promosi gaya hidup yang kurang sehat, seperti konsumsi makanan cepat saji, kurangnya aktivitas fisik, dan gangguan kesehatan mental akibat tekanan sosial dan perbandingan yang konstan. Generasi Z memiliki sifat individualis dan hedonis yang cenderung menitikberatkan pada keputusan pribadi yang mungkin bertentangan dengan konsep sosial dan moral dalam ajaran Islam.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya membutuhkan adanya aturan-aturan dan nilai-nilai serta pedoman. Dengan adanya metodologi studi Islam melalui pendekatan sejarah dapat ditelusuri tentang bagaimana ajaran-ajaran Islam terbentuk dari masa ke masa dalam berbagai faktor sosial, politik dan budaya yang mempengaruhi perkembangan ajaran tersebut. Pendekatan tersebut memiliki beberapa fungsi dalam mengkaji dan memahami Islam.
Fungsi yang pertama adalah fungsi rekreatif melalui narasi yang efektif membantu generasi Z merasakan dan menghayati peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Fungsi kedua adalah fungsi inspiratif melalui tokoh-tokoh Islam memberikan teladan moral dan spiritual kepada generasi Z untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Fungsi ketiga adalah fungsi instruktif yang berperan sebagai alat bantu untuk memahami prinsip-prinsip hukum yang berkembang dari masa ke masa dan bisa diterapkan dalam berbagai situasi. Terakhir fungsi edukatif memberikan pelajaran hidup dan membantu generasi Z untuk menjadi lebih bijaksana dalam menghadapi tantangan sehari-hari.Â
Metodologi studi Islam menjembatani dan memainkan peran penting dalam memberikan pondasi intelektual dan spiritual bagi generasi Z untuk menghadapi tantangan global tersebut. Studi Islam sebagai usaha untuk mempelajari tentang ajaran Islam agar generasi Z dapat mempertahankan nilai-nilai Islam di tengah arus globalisasi. Studi Islam mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya global.Â
Oleh karena itu, permasalahan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya dalam menghadapi tantangan budaya global. Salah satu upayanya ialah dengan menggunakan media sosial yang baik dan bijak seperti menyebarkan dakwah dan nilai-nilai Islam yang menarik untuk generasi Z. Mengembangkan komunitas Islami yang suportif di mana generasi Z bisa saling berbagi, belajar dan memperkuat keimanan mereka dalam menghadapi tantangan budaya global.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H