Mohon tunggu...
anggita saphira
anggita saphira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa FIS UNJ

Akhir dari sebuah pendidikan bukanlah otak yang cemerlang, akan tetapi Adab yang tinggi menjulang -Guru Besar Abah Zuhdi-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Kepedulian Masyarakat terhadap Pandemi Covid-19

16 November 2020   04:16 Diperbarui: 16 November 2020   05:00 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah kesehatan kini menjadi sorotan publik di seluruh dunia khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan munculnya virus baru yang dimana tingkat penularan dan penyebarannya sangat cepat yang dinamakan virus corona/corona virus disease 19 (COVID-19).

Pada tanggal 30 Januari 2020 corona Virus Disease-19 ditetapkan oleh WHO (World Health Organization) atau Badan Kesehatan Dunia sebagai kedaruratan  kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (KKMD). Lalu, pada tanggal 11Maret 2020, WHO menetapkan hal tersebut sebagai sebuah pandemi.

Arti kata pandemi ialah wabah yang menjangkit secara serentak dimana-mana, dengan cakupan geografi yang begitu luas. Sedangkan, pandemi sebagai pandemic Covid-19 yaitu suatu peristiwa penyebaran penyakit  korona virus 19 yang sampai bulan april 2020 berhasil menginfeksi masyarakat di 210 negara dunia.

Di Indonesia, kasus Covid-19 pertama terjadi pada tanggal 2 Maret 2020 dengan jumlah 2 kasus terjangkit dan dikonfirmasikan bahwa angka penebaran tersebut selalu meningkat setiap harinya.Kemudian secara global, Covid-19 berhasil menciptakan  4.170.424 kasus dengan 287.399 kasus kematian.

Covid-19 merupakan penyakit infesi yang disebabkan oleh corona virus jenis baru yang disebut Sars-Cov 2 (severe acute respiratory syndrome corona virus2). Virus ini memiliki besar sekitar 120-160 mm. Covid-19 lebih mudah menginfeksi hewan seperti kelelawar dan unta.

Pada manusia, apapila virus tersebut masuk ke dalam sitem pernafasan,maka akan berakibat merusak alveoli paru dan menyebabkan gagal nafas. Bagi kelompok masyarakat yang menderita penyakit pernafasan kronis, diabetes dan kanker, jika terkena Covid-19 , maka resikonya akan semakin tinggi.

Dalam melakukan penanganan ataupun pemeriksaan Covid-19, terdapat istilah PCR (Polymerase Chain Reaction ) yang dikenal sebagai swab tes. Adapun penatalaksanaan pasien terjangkit Covid-19 dengan cara memberikan terapi definitive(etiologi), pemberian obat-obat simtomatik sesuai gejala yang dirasakan dan terapi suportif untuk mendukung pengobatan lain serta meningkatkan daya tahan tubuh.

Solusi utama untuk mencegah penularan penyakit ini adalah dengan cara memutus mata rantai penyebarannya melalui kegiatan isolasi khususnya isolasi mandiri, deteksi dini dan lakukan proteksi dasar.

Upaya memutus mata rantai penyebaran dan penularan Covid-19 memerlukan pengetahuan serta pengalaman yang baik dan luas yang harus dimiliki oleh seluruh masyarakat dunia khususnya Indonesia. Menurut Donsu, pengetahuan ialah domain terbaik dalam terbentuknya perilaku. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, tingkat pendidikan, pekerjaan, umur, faktor lingkungan dan faktor social budaya.

Pada kasus Covid-19 ini, pengetahuan serta kepedulian yang baik dan tepat dari  masyarakat sangatlah penting demi memutus mata rantai penyebaran virus corona tersebut. Hal yang telah disebutkan diatas dapat dikaitkan dengan perspektif atau teori sosiologi yang dikemukakan oleh seorang tokoh bernama Talcott Parsons yaitu Teori Fungsionalisme Struktural.

Teori Fungsionalisme Struktural mendianalogikan seperti anatomi tubuh manusia yang berarti masyarakat dapat terintegrasi atas dasar kesepatakan dari setiap anggotanya akan suatu nilai yang dapat mengatasi suatu perbedaan maupun hal yang bersifat tetap dalam masyarakat. 

Dengan demikian, Parson menyatakan bahwa masyarakat ialah kumpulan dari sistem-sistem sosial yang saling berhubungan dan saling ketergantungan antara satu dengan lainnya. Pada Teori Fungsionalisme Struktural tidak terlepas dari aktor dan sistem sosial.

Parson mengatakan bahwa aktor merupakan kombinasi dari pola suatu nilai dan orientasi yang didapatkan pada derajat yang penting dan berfungsi menjadi struktur peran serta nilai-nilai dominan dalam sistem sosial. Setelah itu, terdapat sistem sosial yang di dalamnya terdiri dari beberapa aktor individu yang saling berinteraksi dalam lingkungan tertentu.

Dalam kasus ini, jika masyarakat memiliki pengetahuan yang baik dan benar serta kepedulian yang tinggi. Mereka antara satu dengan yang lainnya akan bersama-sama bergotong-royong melakukan pencegahan penyebaran Covid-19. Hal-hal yang dapat dilakukan yaitu dengan cara saling mengingatkan serta menjaga antara satu dengan lainnya agar tetap berdiam diri di rumah.

Lalu, bagi mereka yang sudah mengerti mengenai virus tersebut dapat saling bertukar informasi tentang bahaya dan ganasnya virus tersebut. Selain itu, masyarakat juga dapat menjadi relawan untuk membantu menangani pasien Covid-19 yang begitu banyak. Hal ini disebabkan kurangnya tenaga medis dari pihak-pihak instalasi kesehatan mulai dari, puskesmas hingga rumah sakit besar.

Untuk para pemimpin masyarakat mulai dari yang terkecil hingga yang tertinggi. Mereka dapat melakukan penyuluhan dan juga melakukan himbauan kepada masyarakatnya agar melakukan semua aktivitas di rumah saja. Hal ini disebabkan karena diberlakukannya sistem lockdown. Istilah lockdown itu sendiri adalah sebuah perintah resmi untuk mengendalikan pergerakan orang atau kendaraan di dalam suatu wilayah karena adanya situasi berbahaya.

Dengan bantuan aparat pemerintahan dan negara, mereka dapat membantu melakukan pengamanan bagi masyarakat yang melakukan pelanggaran seperti masyarakat yang tidak memakai masker, tidak menjaga jarak (social distance), dan pelanggaran-pelanggaran lainnya selama proses lockdown berlangsung.

Terakhir untuk para pasien penderita Covid-19, diharapkan setiap anggota masyarkat saling memberikan motivasi atau dukungan agar setiap pasien tidak stress atau mental down saat masa isolasi di tempat tersendiri atau tempat yang sudah ditentukan.

Jika semua element-element masyarakat bekerja sama dengan baik antara satu dengan yang lainnya. Maka akan terjadi pola yang baik sehingga terciptalah integrasi atau kestabilan dalam masyarakat.

Untuk menjaga kestabilan masyarakat agar tetap harmonis, parson memberikan solusi terbaik dengan istilah AGIL (Adaptasi, Go attecment, Integrasi dan Latensi). AGIL membentuk empat subsistem yang melekat di masyarakat dan berharap dapat menjawab secara konferhensif sistem sosial masyarakat di dunia.

Susilo Adityo, Rumende CM, dkk (2020),Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan

Literatur Terkini, Jurnal Penyakit dalam Indonesia, vol 7, No.1, Maret  2020.

Kamus Besar Bahasa Indonesia(2014) https://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses 12 Juni 2020 jam 10;50

Purnamasari, I., & Raharyani, A. E. (2020). Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Masyarakat Kabupaten Wonosobo Tentang Covid-19. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(1), 33-42.

Podcast : anchor.fm/syaifudinsosio

Oleh : Anggita Saphira

(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun