Portofolio, mungkin kata tersebut sudah tidak asing lagi untuk sebagian orang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) portofolio merupakan tas untuk surat-surat atau dapat diartikan secara umum sebagai sebuah kumpulan data-data atau dokumen dokumen yang tersusun secara rapi untuk tujuan tertentu. Portofolio memiliki banyak arti dalam berbagai bidang yang berbeda, paling umum adalah portofolio investasi dan portofolio diri.Â
Menurut Grant (2010): Portofolio adalah kumpulan karya seni atau desain yang digunakan untuk tujuan presentasi, seperti melamar pekerjaan, mengajukan hibah, atau mengikuti pameran. Sedangkan dalam dunia keuangan dan investasi, menurut Abrami dan Marsoem (2021): Portofolio adalah sekumpulan dari beberapa aset yang diinvestasikan baik dari individu maupun institusi untuk memperkecil tingkat risiko dan memaksimalkan pengembalian yang diharapkan.
Portofolio disusun untuk mencapai tujuan tertentu, oleh karena itu portofolio perlu disusun dengan teknik yang baik dan benar agar memberikan timbal balik sesuai harapan. Dalam dunia investasi terdapat banyak cara untuk menyusun portofolio guna mencapai return maksimal namun dengan risiko yang minimal.Â
"Don't put all your eggs in one basket" prinsip ini sudah sangat umum ditelinga orang-orang yang bergelut dalam bidang investasi dan keuangan. Portofolio investasi dibuat dengan tujuan agar ketika ekonomi tidak stabil, kerugian yang diterima pun berkurang. Sebelum mengetahui penyusunan portofolio, lebih dulu kita perlu mengetahui jenis-jenis portofolio investasi
1. Portofolio Defensif
Portofolio Defensif adalah jenis Portofolio Investasi yang dirancang untuk meminimalkan risiko dan menjaga aset secara efisien. Biasanya terdiri dari investasi risiko rendah seperti obligasi, uang tunai, dan efek pendapatan tetap lainnya. Investor yang lebih mengutamakan menyimpan uang daripada pertumbuhan dan memiliki toleransi risiko yang rendah sebaiknya menggunakan jenis portofolio ini.
 2. Portofolio Agresif
Portofolio Agresif adalah jenis khusus dari Portofolio Investasi yang bertujuan untuk memaksimalkan pengembalian dengan berinvestasi pada sekuritas berisiko tinggi dan pertumbuhan tinggi seperti saham, reksa dana, dll. Bagi investor yang ingin mengambil lebih banyak risiko dengan imbalan potensi pengembalian yang lebih tinggi, jenis portofolio ini ideal.
3. Portofolio Campuran
Portofolio Campuran adalah jenis Portofolio Investasi yang menggabungkan elemen dari portofolio agresif dan defensif. Biasanya terdiri dari kombinasi investasi berisiko tinggi dan rendah seperti saham, obligasi, dan sekuritas lainnya. Jenis portofolio ini cocok untuk investor yang ingin menyeimbangkan keinginan mereka untuk pertumbuhan dengan kebutuhan mereka untuk mempertahankan modal.
 4. Portofolio Penghasilan
Portofolio Penghasilan adalah portofolio yang bertujuan untuk memberikan investor sumber pendapatan yang konsisten. Biasanya terdiri dari aset yang menghasilkan pendapatan, seperti obligasi, ekuitas yang membayar dividen, dan Real Estate Investment Trust (REIT). Investor yang menginginkan sumber pendapatan yang tidak terputus dan bersedia melepaskan pertumbuhan modal demi pendapatan yang dapat diandalkan dapat mempertimbangkan jenis portofolio ini.
5. Portofolio Spekulatif
Portofolio Spekulatif dapat membantu menghasilkan pengembalian yang tinggi dengan berinvestasi pada aset berisiko tinggi seperti penny stock, perusahaan rintisan, dan investasi spekulatif lainnya. Jenis portofolio ini cocok untuk investor yang bersedia mengambil risiko signifikan dengan imbalan potensi pengembalian yang tinggi.
Dari banyaknya jenis investasi dengan berbagai risk dan return yang beragam pula, diperlukan seleksi yang efisien namun tetap optimal dalam penyusunan portofolio investasi. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyederhanakan proses seleksi portofolio investasi
 1. Modern Portfolio Theory
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Hary Markowitz pada 1952 melalui tulisannya yang fenomenal di Journal Finance. Teori ini mengajarkan konsep diversifikasi investasi secara kuantitatif dan mengupas bagaimana memaksimumkan hasil harapan (expected return) untuk tingkat risiko tertentu atau meminimumkan risiko untuk tingkat hasil tertentu dengan cara memilih kombinasi aset dalam portofolio. Hasil harapan serta risiko terkandung dalam portofolio dapat dihitung sebagai berikut
a. Expected Return portofolio adalah rata-rata tertimbang hasil harapan setiap asset yang ada dalam portofolio
Dimana :
Rp = Hasil portofolio
wi = Hasil asset ke i dalam portofolio
Ri = Proporsi asset ke i dalam portofolio
b. Risiko Portofolio yang ditunjukkan oleh varians hasil portofolio adalah fungsi korelasi antar pasangan-pasangan asset dalam portofolio
Dimana :
Pij = koefisien korelasi antara hasil aset ke i dan ke j
2. Single Index Model
William Sharpe pada 1963 mengembangkan sebuah metode untuk mempermudah mencari komposisi portofolio yang optimal yang diberi nama Single Index Model. Metode indeks tunggal merupakan penyederhanaan perhitungan model Markowitz. Metode indeks tunggal didasarkan pada asumsi bahwa harga suatu sekuritas bergerak searah dengan indeks harga pasar. Artinya, kebanyakan harga saham cenderung naik jika indeks harga saham naik. Begitu juga sebaliknya. Kebanyakan harga saham cenderung turun jika indeks harga saham turun. Perhitungan portofolio optimal didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Angka tersebut adalah rasio antara ekses return dengan beta (excess return to beta). Excess return adalah selisih return ekspektasi dengan return aktiva bebas risiko. Excess return to beta berarti mengukur kelebihan return relatif terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan Beta. Portofolio dikatakan optimal jika memiliki nilai ERB yang lebih tinggi dari nilai titik pembatas (Cut-off point). Rasio ERB ini juga menunjukkan hubungan antara dua faktor penentu investasi, yaitu return dan risiko
Dimana :
ERBi = excess return to beta sekuritas ke-i
E(Ri) = return ekspektasi berdasarkan model indeks ganda untuk sekuritas ke-i
RBR = return aktiva bebas risiko menggunakan sertifikat Bank
i = Beta sekuritas ke-i
Â
3. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
CAPM mula-mula diperkenalkan oleh Sharpe pada tahun 1964, kemudian disempurnakan oleh Lintner (1965) dan Mossin (1966) melalui tulisan mereka masing-masing. Dalam teori ini diajarkan bahwa hasil disyaratkan dari sebuah investasi pada asset ditentukan oleh dua komponen, yakni hasil investasi bebas risiko (investasi yang diasumsikan mampu memberikan hasil yang pasti tanpa ada kemungkinan menyimpang seperti surat berharga pemerintah) dan premi risiko (menggambarkan hasil tambahan yang harus dihasilkan untuk mengimbangi risiko investasi. Model CAPM diformulasikan sebagai berikut :
Dimana :
E(Ri ) = hasil harapan asset ke i
Rf = tingkat bunga bebas risiko
E(Rm ) = market expected return
i = tingkat sensitivitas hasil asset i terhadap hasil pasar menggambarkan risiko sistematis asset tersebut
Itu dia penjelasan singkat mengenai simplifying portfolio selected process. Pada dasarnya cara-cara diatas tetap memerlukan bantuan dan nasihat dari financial advisor atau ahli investasi yang sudah berpengalaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H