Mohon tunggu...
Lilian AnggitaMurti
Lilian AnggitaMurti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fun

Let's start writing

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Pernah Dengar Permainan Semarangan?

3 Juli 2021   10:30 Diperbarui: 3 Juli 2021   10:32 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Siapa sih yang tidak mengenal permainan sepak bola?

Setiap orang pasti familiar dengan sepak bola. Namun, bagaimana dengan permainan sepak bola semarangan. Mungkin kalian pernah mendengar atau bahkan pernah bermain bersama teman-teman sewaktu kecil?

Kali ini saya akan berbagi sedikit cerita mengenai masa kecil saya yang tomboy. Saat itu saya duduk dibangku sekolah dasar, masa dimana sedang senang-senangnya mempunyai teman baru dan bermain bersama. 

Permainan tradisional menjadi pilihan utama, karena belum maraknya gadget seperti saat ini, gadget masih terbilang barang yang mewah bagi banyak orang. 

Permainan yang sering saya dan teman-teman mainkan yaitu petak umpat, gobak sodor atau galasin, kasti dan yang paling favorit tentunya permainan sepak bola.

Bicara soal sepak bola, ada sebuah permainan bola yang unik dan berbeda dari biasanya. Permainan ini disebut dengan semarangan. Apakah permainan tersebut berasal dari kota Semarang? Yuk kita cari tahu!

Semarangan adalah permainan sepak bola yang hanya dimainkan dengan satu gawang. Kenapa hanya memiliki satu gawang? Karena permainan ini biasanya dimainkan jika jumlah orang yang ikut bermain hanya sedikit. 

Cara bermainya yaitu bola dilemparkan di tengah-tengah lapangan, lalu siapa yang berhasil merebut bola tersebut dan terlebih dahulu memasukan bola ke dalam gawang, maka orang tersebut yang akan menjadi kiper pertama. 

Kemudian semarangan ini dimainkan secara perorangan, setiap peserta harus bersaing mencetak gol sebanyak-sebanyaknya. 

Nantinya peserta lain yang dapat memasukan bola ke gawang akan menjadi kiper selanjutnya. Semakin banyak mencetak gol, semakin sering menjadi kiper, dialah yang akan menjadi pemenangnya.

Setiap hari setelah azan ashar saya dan teman-teman berkumpul untuk bermain di lapangan kecil di tengah kampung Nyutran yang sebenarnya adalah lapangan bulu tangkis. 

Namun tak jarang pula saya dan teman-teman bergantian mengunjungi kampung lain. Saya dan teman-teman sering melakukan permainan semarangan, ketika menunggu teman-teman lain atau lawan dari kampung lain yang belum berkumpul di lapangan. 

Selain untuk mengisi waktu, semarangan sering dijadikan sebagai pemanasan sebelum bertanding. Meskipun terkesan permainan sepele, dalam bermain semarangan teknik yang digunakan juga sama seperti permainan sepak bola pada umumnya. 

Bagaimana cara kita merebut bola dari pemain lain dan menggiring bola sampai ke gawang.

Saya pun tidak ingin kalah dari teman-teman yang lain, meskipun sepak bola identik sebagai permainan anak laki-laki, namun tidak menyurutkan semangat saya dan teman-teman perempuan untuk ikut serta dalam permainan. 

Untung saja teman laki-laki tidak merasa terganggu dan justru senang ketika kami ikut serta dalam permainan,dan menunjukan skill yang kami miliki. 

Dengan postur badan yang kecil saya mampu mencetak gol dengan selisih jumlah yang tidak kalah jauh dengan teman-teman lain. Dalam permainan ini tidak hanya skill dalam mencetak gol yang diperhitungkan, kita juga sekaligus berlatih menjadi kiper yang handal. 

Bagaimana cara kita mempertahankan gawang agar tidak mudah dibobol oleh lawan. Berlatih dengan bermain semarangan ini sangat berguna apalagi saat bertanding dengan kampung lain, sering sekali dalam tim kami bergantian posisi antara pencetak gol dan kiper.

Permainan semarangan menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan. Sejujurnya saya rindu masa-masa itu, berkumpul dengan teman-teman, bermain, dan bersendau gurau. Kebersamaan yang tidak mungkin terlupakan. 

Belum banyak hal lain yang memenuhi pikiran dan permasalahan yang dihadapi seperti dewasa ini. Sangat disayangkan pula, kini jarang sekali saya melihat anak-anak berkumpul dan bermain bersama di lapangan seperti masa kecil saya dulu. 

Tentunya karena teknologi yang semakin canggih dan orang tua yang tidak mau repot, sehingga sedari dini anak-anak sudah memegang gadgetnya sendiri yang berakibat kurangnya anak-anak bersosialisasi dengan teman sebaya. 

Serta kondisi saat ini yang tidak memungkinkan untuk berkumpul dan berkerumun, karena adanya Covid-19. Bahkan jika dapat berkumpul, anak-anak lebih memilih game online dibanding melestarikan permainan tradisional atau permainan yang menggunakan fisik. 

Mungkin karena game online lebih keren secara visual dan tidak memerlukan banyak ternaga. Bahkan tanpa berkumpul, game online dapat dilakukan bersama atau sering kita dengar dengan sebutan mabar.

Terlepas dari keresahan tersebut, entah siapapun yang menciptakan permainan semarangan, entah dari mana asal permainan ini. Saya sangat bersyukur, karena adanya permainan ini dapat menemani masa kecil saya menjadi lebih menyenangkan dan dapat menyatukan saya dengan teman-teman. 

Serta dari permainan ini, saya akhirnya mendapat julukan Ronaldowati dan julukan itu masih melekat dengan saya sampai saat ini. Saya berharap permainan semarangan maupun permainan tradisional lain dapat terus dilestarikan agar anak-anak milenials bahkan generasi Alfa dapat mengenal bahkan memainkan permainan tersebut. Begitulah sedikit nostalgia masa kecil saya dengan sepak bola semarangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun