Mohon tunggu...
Anggita Aprilliany Firdaus
Anggita Aprilliany Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki ketertarikan dengan menulis karena dengan menulis saya dapat membagikan pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Puisi "Senja di Pelabuhan Kecil" Karya Chairil Anwar dengan Menggunakan Pendekatan Mimetik

25 Juni 2023   23:32 Diperbarui: 25 Juni 2023   23:40 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Karya sastra merupakan salah satu wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra diciptakan, dinikmati, serta diapresiasi oleh khalayak. Namun, tidak semua penikmat karya dapat mengetahui makna yang terkandung. Pengarang/pencipta sastra membuat karya sastra melalui cara dan pemikirannya masing-masing. Pencipta sastra membuat karyanya dengan imajinasi serta kejadian yang dialami, banyak pula pengarang membuat karyanya sesuai dengan pengalaman kemudian menjadikannya sebuah inspirasi sehingga akan menghasilkan karya yang berbeda pula. Salah satu bagian dari karya sastra yaitu puisi.

Puisi merupakan luapan pemikiran, perasaan, serta kejadian yang dituliskan dalam sebuah tulisan. Puisi bersifat imajinatif karena makna puisi seringkali dianalogikan sehingga tidak mudah dipahami. Kata-kata dalam puisi seolah terlihat sederhana namun sulit diartikan, maknanya pun sangat luas. Banyaknya puisi yang sulit diartikan menjadi latar belakang dalam penelitian ini, sehingga peneliti akan menelaah karya satra untuk mengetahui makna yang disampaikan dalam puisi melalui pendekatan mimetik. Puisi yang menjadi objek penelitian ini yaitu puisi karya Chairil Anwar berjudul "Senja Di Pelabuhan Kecil". Peneliti akan memaparkan puisi tersebut dengan pemahaman terhadap pendekatan mimetik. Tujuan dari penelitin ini yaitu untuk mengetahui makna dari puisi "Senja Di Pelabuhan Kecil" karya Chairil Anwar, serta untuk meningkatkan pemahaman konsep dari pendekatan mimetik. Tentunya penelitian ini akan memberikan motivasi kepada pembaca dalam meningkatkan kemampuan menganalisis puisi dan menambah referensi pula untuk para pembaca jika mendapat kesulitan ketika menganalisis puisi.

Beragamnya pendekatan pada kritik sastra bertolak pada 4 pendekatan orientasi. Petama, kritik sastra berorientasi pada semesta yang melahirkan teori mimesis. Kedua, kritik sastra berorientasi pada pembaca yang disebut teori pragmatik. Ketiga, kritik sastra berorientasi pada elemen pengarang yang disebut teori ekspresif. Keempat, kritik sastra berorientasi pada karya sastra yang dikenal sebagai teori obyektif. Pendekatan mimetik mendasarkan pada hubungan karya sastra dengan universe (semesta) atau lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra itu (Pohan, 2017).

Menurut Najid (Ulfa, 2019) pendekatan mimetik adalah pendekatan yang memandang prosa fiksi sebagai hasil ciptaan manusia yang ditulis berdasarkan bahan-bahan yang diangkat dari semesta (pengalaman hidup penulis atau hasil penghayatan penulis terhadap kehidupan disekitarnya). Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra. Pendekatan yang memandang karya sastra sebagai imitasi dan realitas (Abrams, 1981). Pendekatan mimetik memandang karya sastra sebagai gambaran dari sebuah kehidupan nyata, bagaimana manusia hidup dan berkembang dengan konflik kehidupan yang tak berkesudahan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pendekatan mimetik kehidupan manusia dengan karya sastra sangat berhubungan tidak dapat dipisahkan, gambaran serta konflik kehidupan menjadi topik utama dalam pembuatan sebuah karya.

Analisis Puisi "Senja di Pelabuhan Kecil" Karya Chairil Anwar

Senja di pelabuhan kecil merupakan puisi karya Chairil Anwar, beliau merupakan sastrawan yang tidak diragukan lagi karyanya. Tatanan bahasa yang terlihat sederhana namun memiliki makna yang luas seolah banyak makna yang disampaikan jika memahami maksud dari puisi tersebut. Chairil Anwar menggambarkan puisi tersebut seperti menuliskan kejadian yang membuat para pembaca masuk ke dalam angan cerita yang ia tulis. Makna dari puisi tersebut menceritakan sebuah kehilangan karena biar bagaimanapun indahnya senja, senja merupakan cahaya yang berada saat terbenamya matahari. Kehilangan merupakan konflik dalam kehidupan yang membuat seseorang menjadi sendiri tanpa sosok yang menjadi penyemangat atau teman hidupnya. Pelajaran yang dapat diambil dari puisi tersebut adalah sebuah keikhlasan, tetap meyakini akan ketetapan dalam kehidupan karena di dunia ini tidak ada yang kekal abadi. 

Senja merupakan bagian waktu dalam hari dimana keadaan setengah gelap dan memancarkan warna yang indah. Senja berada setelah matahari terbenam dan tidak berlangsung cukup lama, bagaikan tanda jika waktu menunjukkan datangnya malam hari. Pelabuhan merupakan tempat dimana kapal-kapal berlabuh yang berada di ujung samudra, sungai, atau danau. Jika senja merupakan tanda kehilangan dan pelabuhan merupakan tempat berlabuh, maka "Senja Di Pelabuhan Kecil" merupakan gambaran dari sebuah pesan untuk seseorang tempat ia berlabuh. Pesan ini seolah menyampaikan ucapan selamat tinggal seperti makna senja untuk seseorang yang menjadi tambatan hati. Puisi ini memberikan pelajaran hidup agar tetap ikhlas akan semua ketetapan yang terjadi karena di dunia ini tidak ada yang kekal abadi seperti senja yang perlahan menghilang namun keesokan harinya memberikan warna yang baru.

 "Ini kali tidak ada yang mencari cinta

di antara gudang, rumah tua, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut"

Kutipan di atas merupakan bait pertama dalam puisi "Senja Di Pelabuhan Kecil". Ini kali tidak ada yang mencari cinta diantara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali kalimat tersebut menunjukkan keputusasaan dalam mencari cinta, bahwa tidak ada lagi pencarian cinta dalam hidup dimanapun juga. Menunjuk pada kata gudang, rumah tua, tiang serta temali seakan semuanya sudah tidak berguna lagi terlekang waktu. Dilanjutkan dengan kata kapal, perahu tiada berlaut yang merupakan penegasan ulang bahwa barang-barang itu sudah tidak berfungsi lagi. Hal ini menunjukkan bahwasanya sang penulis sudah berputus asa dan kehilangan harapan jika dia benar-benar kehilangan cinta. Kalimat terakhir di bait pertama yaitu menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut seolah penulis sudah pasrah pada keadaan, menghembus merupakan suatu keadaan dimana membuang napas panjang agar merasa tenang menerima serta mempercayai semuanya.

 

"Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang

menyinggung muram, desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak

dan kini tanah dan air tidur hilang ombak"

 

Pada bait kedua penulis menceritakan keadaan sisi pantai yang menggambarkan keadaan dirinya, gerimis mempercepat kelam menggambarkan sebuah keadaan hati yang sedih kemudian mudah sekali tergores. Bait kedua ini sangat identik dengan kesedihan yang membuat seseorang menjadi diam dengan ditandai pada kalimat tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak tidak bergerak disini bukan berarti mematung namun memiliki arti diam dalam sebuah aktifitas hati atau bisa dikatakan murung tidak banyak bertingkah karena kehilangan sebuah semangat hidup seperti yang disimbolkan oleh kata ombak.

 

"Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap"

Bait ketiga merupakan penegasan terakhir dalam puisi karya Chairil Anwar, karena penulis menuliskan kalimat langsung tanpa menggambarkan lagi gudang serta rumah. Penulis menggunakan kata aku yang menandakan dirinya sendiri. "Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan" kesendirian itu diungkapkan dalam bait ketiga karena kehilangan yang membuatnya menjadi sendiri tanpa sosok pendamping. Kata perpisahan pun disampaikan dengan kalimat sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan, seperti ucapan yang terakhir diujung pencariannya karena ia sudah mulai pasrah namun kenangan yang ia miliki akan tetap tersimpan seperti kata terdekap.

Penutup 

Berdasarkan hasil analisis pada puisi "Senja Di Pelabuhan Kecil" karya Chairil Anwar maka puisi ini memiliki makna ungkapan tentang kesedihan, kehilangan, serta kesendirian. Chairil Anwar menghubungkan karyanya dengan alam sekitar yaitu senja, pelabuhan, ombak, gerimis, dan gambaran alam lainnya. Puisi senja di pelabuhan ini memberikan kita pelajaran jika di dunia ini tidak ada yang kekal abadi. Kehilangan serta kesedihan merupakan pelengkap dalam kehidupan, namun semua itu menjadi pelajaran agar kita tetap konsisten dengan kepercayaan kita dan menjadikan kita lebih kuat dari sebelumnya. Jika hujan merupakan tanda kegagalan dan matahari merupakan tanda keberhasilan, maka butuh keduanya agar bisa menyaksikan pelangi, begitupan dengan kehilangan dan kebahagiaan. Kita butuh keduanya agar hidup selalu berwarna.

 

Referensi

Abrams. (1981). Teori Pengantar Fiksi (P. 89). Hanindita.

Inayati, T., Pecangaan-jepara, S. M. A. N., & Tengah-indonesia, J. (2016). Simbol dan Makna Pada Puisi Menolak Korupsi Karya Penyair Indonesia Abstrak. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 5(2), 163--171.

Inkuiri, T., (2013). Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Menggunakan Teknik Inkuiri dan Latihan Terbimbing. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(2).

Logita, E., (2018). Analisis Puisi Dalam "Hujan Bulan Juni" Karya Sapardi. 10(1).

Pohan, R,D, (2017). Analisis Lagu Marudan Marlaniari Karya Hj. Farida Matondang Dengan Pendekatan Mimetik, (3):43. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004  

Nursalim. (2018). Simbolis Puisi Padamu Jua Karya Amir Hamzah Dari Kajian Semiotik. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(1), 49--52.

Pirmansyah, P., Anjani, C., & Firmansyah, D. (2018). Analisis Semiotik Dalam Puisi "Hatiku Selembar Daun" Karya Sapardi Djoko Darmono. Parole: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(3), 315--320.

Setiawan, S., Sudrajat, R. T., & Sukawati, S. (2020). Analisis Unsur Batin Dalam Puisi "Kontemplasi" Karya Ika Mustika. 3, 313--320.

Sudrajat,R.T., & Wuryani, W. (2019). Model Pembelajaran Kalimat Menggunakan Pendekatan Kooperatif Berbasis Karakter. 8(1).

Ulfa, Y., Tarigan, S. C. J., Anggiani, Y., Saragih, P., & Simare-mare, R. (2019). Analisis Nilai Pendidikan Karakter Pada Novel "Berjuang Di Tanah Rantau" Karya A.Fuadi: Tinjauan Mimetik. (1), 35--42.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun