Sebagai politisi lintas spektrum, Anies menunjukkan kemampuannya untuk merangkul berbagai kelompok yang bersebrangan dengan dirinya, baik yang berada di kanan maupun kiri. Sikap politiknya yang fleksibel ini membuatnya mampu berdialog dengan berbagai pihak, tanpa kehilangan identitas ataupun nilai-nilai yang ia pegang selama ini.
Ini merupakan kualitas yang penting dalam politik Indonesia yang sarat dengan dinamika dan perubahan dalam konstelasi kekuasaan. Meski hal itu juga memiliki kerentanan bagi setiap parpol pengusungnya dalam menjaga stabilitas politik masing-masing, karena Anies tidak terikat dalam satu parpol tertentu dan besar kemungkinannya untuk berbalik arah.
Selain itu, Anies juga memiliki sikap yang mudah beradaptasi seperti tercermin dari kemampuannya dalam mendekati kelompok-kelompok yang berbeda dengannya, seperti kalangan nasionalis, religius, dan moderat. Hal ini memberikan keuntungan bagi Anies untuk berkompetisi di panggung politik nasional, karena ia tidak hanya bergantung pada satu kelompok pemilih saja, melainkan mampu menarik dukungan dari berbagai lapisan masyarakat dan kelompok usia.
Tantangannya
Tidak bisa dipungkiri bahwa langkah Anies ini juga menuai kritik. Beberapa pihak menilai kedekatannya dengan PDI-P saat ini yang bisa dianggap sebagai inkonsistensi.
Menurut Arsinaldi, pengamat politik Universitas Andalas Padang sebagaimana dikutip dari Kompas.com (28/08/24) menilai, Anies tidak bisa selalu bersikap sebagai tokoh yang minta diusung oleh partai tertentu dan cenderung hanya bermain aman.
"Anies kan berposisi main aman juga bahwa dia ingin berada di semua kelompok, tapi ternyata dalam dinamika politik apa yang coba ditawarkan Anies ini kan tidak semua partai tertarik".
Meski ada banyak orang berharap Anies akan masuk dalam kontestasi Pilkada 2024 di DKI Jakarta, namun Anies harus menerima kenyataan pahit akibat tidak memperoleh restu dari ibu Megawati. Inilah partai politik dengan berbagai pragmatismenya, apalagi ketika melihat pribadi Anies yang saat ini masih belum tertarik bergabung dengan partai politik, tentu ini akan menjadi kelemahannya dalam pesta demokrasi di tingkat daerah maupun presiden.
Mengingat rekam jejak sebelumnya, Anies lebih banyak didukung oleh partai-partai yang berada di luar kekuasaan untuk meningkatkan elektabilitas dan karier politiknya. Meski posisi PDI-P juga tidak lagi berada dalam lingkar kekuasaan istana, namun sebagian masyarakat menyayangkan sikap Anies yang pragmatis terhadap partai banteng tersebut.
Anies harus berhati-hati dalam memilih partai agar tidak kehilangan kepercayaan dari para pendukungnya yang melihat langkahnya sebagai pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip yang ia pegang selama ini.
Akhirnya, dalam menghadapi Pilkada 2024, Anies Baswedan telah menunjukkan dirinya sebagai politisi lintas spektrum yang bisa merangkul berbagai pihak dan menavigasi medan politik nasional yang kompleks. Kedekatannya dengan PDI-P dan partai-partai lain mencerminkan strategi politiknya yang fleksibel dan peka terhadap dinamika politik.