Mohon tunggu...
Anggi Saeful Majid
Anggi Saeful Majid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa administrasi publik di universitas islam negeri sunan gunung djati, yang mana saya merupakan salah satu mahasiswa yang memang hobi menulis. Saya berasal dari keluarga yang berlatar belakang petani, kehidupan yang sederhana telah membuat saya tumbuh menjadi orang yang selalu bersyukur disetiap keadaan. Adapun Moto hidup saya "Gebyarkan minatmu, tekuni hobimu dan jangan lupakan kewajibanmu".

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menguak Paradoks Energi: Meniti Jalan antara Komitmen dan Inkonsistensi Kebijakan

17 Januari 2024   14:48 Diperbarui: 17 Januari 2024   15:14 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan energi menjadi inti perdebatan yang terus bergulir di panggung pemerintahan, dan seiring berjalannya waktu, munculnya inkonsistensi dalam pengambilan keputusan menunjukkan betapa kompleksnya tantangan mengatur sektor energi. Artikel ini akan membahas sejumlah aspek inkonsistensi kebijakan energi yang menyorot kekeliruan dan dampaknya terhadap stabilitas dan ketahanan energi nasional.

1. Kesenjangan dalam Dukungan Terhadap Energi Terbarukan

Pemerintah seringkali menegaskan komitmen pada energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, melihat realitas di lapangan, kita masih melihat adanya dukungan yang kurang konsisten. Banyak proyek energi terbarukan terkatung-katung akibat perubahan kebijakan yang mendadak, menimbulkan ketidakpastian di kalangan investor dan pelaku industri.

 2. Tantangan Implementasi Program Energi Bersih

Meskipun banyak proklamasi tentang program energi bersih, implementasinya sering terhambat oleh kendala birokrasi dan regulasi yang rumit. Beberapa program yang diumumkan dengan penuh semangat sering kali terbentur dengan kendala pelaksanaan, menggambarkan inkonsistensi antara niat baik dan kenyataan lapangan.

3. Ketergantungan pada Sumber Energi Konvensional

Walau berbicara tentang diversifikasi sumber daya energi, pemerintah sering kali masih cenderung memprioritaskan sumber energi konvensional, terutama dalam kasus-kasus kebijakan yang menguntungkan pihak tertentu. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang sejauh mana komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dapat terealisasi dengan konsisten.

4. Dinamika Harga Energi yang Tak Terduga

Inkonsistensi juga muncul dalam menghadapi fluktuasi harga energi global. Seringkali, rencana pembangunan infrastruktur energi nasional dirumuskan tanpa mempertimbangkan secara menyeluruh dampak dari ketidakpastian harga energi internasional, yang dapat mempengaruhi ekonomi nasional secara signifikan.

5. Rencana Jangka Panjang vs. Pemikiran Kortsighted

Terkadang, kebijakan energi terlihat lebih fokus pada menyelesaikan masalah jangka pendek daripada membangun fondasi yang kuat untuk keberlanjutan jangka panjang. Hal ini menciptakan paradoks antara pencarian solusi instan dan upaya pembangunan yang berkelanjutan.

Dalam menghadapi masalah ini, diperlukan sinergi antara para pemangku kepentingan dan konsistensi dalam visi jangka panjang. Artikel ini berusaha mengingatkan bahwa kebijakan energi yang inkonsisten bukanlah sekadar masalah teknis, tetapi juga sebuah tantangan politik dan manajemen yang memerlukan komitmen yang kokoh untuk mencapai hasil yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun