Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sebuah singkatan yang merujuk pada salah satu lembaga legislatif tertinggi di negara kita. Begitu banyak harapan, begitu banyak mimpi... dan begitu banyak pertanyaan. Apakah DPR benar-benar "Dewan Perwakilan Rakyat," ataukah lebih tepat disebut sebagai "Drama Penuh Rekayasa"?
Ah, DPR, tempat di mana para wakil rakyat terpilih berkumpul untuk mewakili suara rakyat. Tapi apakah mereka benar-benar mewakili suara rakyat atau justru lebih sering mewakili suara partai politik yang mereka ikuti? Kita mungkin pernah mendengar kalimat-kalimat seperti "ini adalah aspirasi rakyat" diucapkan dengan begitu lugas, padahal yang diputuskan adalah apa yang terbaik bagi partai politiknya.
Jangan biarkan kita lupa tentang "sidang bubar" yang legendaris. Drama ini selalu mengundang sensasi, membuat kita bertanya-tanya apakah mereka benar-benar memiliki niat untuk bekerja atau hanya mencari momen panggung yang dramatis. Seolah-olah sidang adalah panggung teater tempat mereka berlomba untuk menjadi bintang utama dalam pertunjukan yang tak pernah usai.
Tidak hanya drama, tetapi juga tontonan "voting machine." Kita mungkin takjub melihat mereka mengangkat tangan dengan begitu sigap, tapi apakah itu benar-benar hasil dari perdebatan dan analisis mendalam? Ataukah lebih mirip dengan suara di bel dalam sekolah, yang diikuti dengan serentetan keputusan yang kadang sulit dimengerti?
Lalu ada lagi pertunjukan "komisi-komisi kerja" yang seolah-olah menempatkan anggota DPR sebagai ahli dalam segala hal. Hari ini mereka membahas tentang ekonomi, besok tentang kesehatan, lalu tentang pertanian, dan seperti layaknya super hero politik, mereka menjadi segalanya. Namun, tak jarang kita melihat anggota DPR yang ternyata belum pernah merasakan langsung lapangan yang mereka bahas.
Tapi mari kita akui bahwa tak semuanya buruk. Ada juga anggota DPR yang berjuang dengan tulus untuk menyuarakan masalah rakyat, meskipun terkadang terhalang oleh aturan dan interaksi politik yang kompleks. Ini adalah tugas yang tidaklah mudah, mengingat bahwa DPR juga harus memperhatikan kepentingan partai dan kepentingan pribadi.
Jadi, apakah DPR benar-benar Dewan Perwakilan Rakyat atau lebih layak disebut Drama Penuh Rekayasa? Mungkin, sebagian besar jawabannya tergantung pada pandangan dan pengalaman masing-masing individu. Apa yang jelas, DPR adalah bagian tak terpisahkan dari politik kita, dan meskipun terkadang terlihat seperti sandiwara, mereka memiliki peran penting dalam proses legislatif dan perwakilan rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H