Televisi menjadi salah satu media informasi sekaligus hiburan dari masa ke masa. Televisi juga menjadi sarana periklanan. Iklan televisi hadir di sela-sela atau jeda sebuah tayangan. Iklan merupakan suatu bentuk pemasaran produk oleh produsen untuk menarik perhatian pembeli.Â
Tujuannya, yaitu membujuk, mengajak, atau mengarahkan masyarakat untuk mengonsumsi produk ataupun jasa yang ditampilkan. Selain itu, iklan televisi juga digunakan untuk menanamkan ingatan pada benak konsumen terhadap produk mereka. Iklan televisi menjadi salah satu bentuk pemasaran yang paling efektif karena dapat menjangkau target pasar yang sangat luas. Namun, biayanya dapat sangat mahal tergantung pada waktu siaran dan jumlah penonton yang ditargetkan.
Menurut Pasal 46 ayat (8) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang dapat diartikan bahwa durasi maksimal suatu iklan televisi itu sekitar 1 menit 12 detik di antara jeda satu jam tayangan. Adanya keterbatasan waktu tersebut membuat para pengiklan harus mampu mengemasnya dengan singkat dan tetap menarik tanpa mengurangi informasi yang disampaikan. Maka, tak sedikit iklan yang menggunakan tanda atau simbol untuk mempersingkat waktu.Â
Biasanya suatu iklan menghadirkan public figure seperti penyanyi, aktris, aktor agar lebih cepat menarik perhatian konsumen. Selain itu, terdapat slogan yang ikonik agar mudah diingat penonton. Namun, ada beberapa iklan sederhana yang tidak menampilkan orang terkenal tetapi mampu menyita perhatian penonton. Hal ini disebabkan oleh adanya pesan, momen atau tindakan relate yang ditampilkan.
Suatu iklan yang dirilis tahun 2013 kembali ramai dibicarakan, yaitu iklan kartu provider 3 (Tri) dalam memasarkan produk baru mereka 3Indie+ yang menawarkan pembelian pulsa paylater (pakai sekarang, bayar nanti). Iklan itu menampilkan beberapa anak kecil berusia 10-12 tahun mengungkapkan keinginannya untuk menjadi orang dewasa dengan beragam kriteria terutama jadi "Eksmud" atau Eksekutif Muda.Â
Netizen mengaku kagum dengan deretan fakta dan sindiran yang dibicarakan para anak itu, mereka menilai masih sangat relate dengan kehidupan orang dewasa saat ini meskipun sudah 10 tahun berlalu. Sama halnya dengan iklan lain, iklan ini mengandung tanda dan simbol. Secara ilmu bahasa, hal ini dapat di analisis dengan teori semiotik. Menurut Roland Barthes, semiotik adalah kajian tentang makna simbol atau tanda yang dibagi menjadi dua tingkatan signifikasi (two order of signification), yaitu tingkat denotasi dan konotasi serta aspek lain dari penandaan, yaitu mitos. Berikut analisisnya. Â
Dalam suatu scene dimana seorang anak perempuan sedang meminum es jeruk di restoran. Dia memandangi orang dewasa yang asik mengobrol bersama teman-temannya. Anak kecil itu berkata "Pesen kopi secangkir harga 40 ribu-an, minumnya pelan-pelan, biar tahan sampe siang demi wi-fi gratis". Makna denotasi dari adegan itu adalah seorang anak yang bisa melihat pencitraan orang dewasa. Cara mereka bersenang-senang menarik baginya. Lalu, dia mengatakan "Jadi orang gede menyenangkan, tapi susah dijalanin".
Sebelumnya ada beberapa anak yang bilang ingin menjadi orang dewasa yang setiap pulang kantor di hari jum'at suka nongkrong bareng sesama "Eksmud" sambil membahas proyek besar. Kemudian disambung dengan adegan di atas dimana seoarang anak mengatakan "Suara nya gedein biar kedengeran cewe di meja sebelah" dan anak-anak lain berteriak. Makna konotasi nya adalah di saat seperti itu orang-orang dewasa biasanya sengaja bicara keras-keras dengan tujuan pamer supaya terlihat keren dan barangkali bisa memikat hati seseorang. Â Â
Pada bagian penutup ditemukan mitos berkaitan dengan produk yang 3 (Tri) tawarkan, seakan memberikan bantuan dan kenyamanan untuk orang dewasa yang sulit menjalani hidup. Â Sebenarnya dapat dikatakan benar tetapi tidak sepenuhnya karna yang dibutuhkan orang dewasa untuk memenuhi gaya hidup dengan segala pencitraannya adalah uang. Bukan tawaran paylater yang serupa dengan pinjaman yang nyatanya justru akan membuat mereka menerima lebih banyak sindiran dari anak-anak kecil.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa iklan yang tayang pada tahun 2013 ini dapat diakui begitu kreatif dan persuasif. Orang-orang akan lupa sedang menonton iklan kartu provider bukan sebuah tayangan inspiratif dan memotivasi hidup. Iklan ini menuai tanggapan pro kontra dari orang-orang dewasa saat itu tetapi tak banyak yang merasa terhibur dengan iklan ini. Rasanya seperti diterpa hujan fakta dan sindiran yang menggelitik. Setelah dipikir-pikir, anak-anak kecil dalam iklan ini sudah beranjak dewasa dan mungkin sudah merasakan hal yang mereka dambakan di tayangan itu. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H