Mohon tunggu...
novian anggio
novian anggio Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya manusia biasa, begini aja

Ngopi Yuk?

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Laut Luas, Kok Masih Impor Garam?

18 November 2019   20:18 Diperbarui: 18 November 2019   20:19 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta 18 Nov (19) Garam memiliki berbagai manfaat yang dapat menunjang kelangsungan hidup masyarakat dan ekonomi negara. Seperti yang diketahui garam terbagi menjadi dua yaitu garam konsumsi dan garam industri. Untuk garam industri ini jumlahnya masih sedikit sekali yang bisa dihasilkan oleh petani garam lokal sedangkan permintaannya kian tahun semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan import garam di Indonesia masih cukup tinggi.

"Kesalahannya kita mengimpor terlalu besar total 3,7 ton tahun ini. Sedangkan realisasi cuma 3,1 ton per oktober 2019. Nah akhirnya garam nasional anjlok," kata Yugi Prayanto, Waketum Bidang Kelautan dan Perikanan Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia

Impor garam terpaksa harus dilakukan karena produksi garam nasional belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan industri yang mensyaratkan kualitas garam yang lebih tinggi. Menurut Yugi banyak permintaan dari para pelaku bisnis yang memanfaatkan garam industri sebagai bahan baku industrinya, akhirnya mereka mendorong pemerintah untuk impor garam.

Selain faktor cuaca di indonesia yang tidak bisa diprediksi sehingga membuat petani garam gagal panen, proses produksi garam lokal yang masih menggunakan cara dan alat tradisional juga disinyalir menjadi penghambat pertumbuhan garam nasional. Yugi menuturkan bahwa investor melihat garam ini masih sedikit sekali dibal dibanding dengan industri lain seperti batubarau dan perikanan.

 "Kenapa banyak yang tidak investasi disitu? karena ususannya sama rakyat. Orang lebih senang main batubara dan perikanan tangkap," ujar Yugio

Sementara itu Australia menjadi penghasil garam indsutri paling banyak, karena disana terdapat penambangan garam, berbeda dengan indonesia. Hal ini menjadi Investor yang melirik Industri garam di Indonesia masih sedikit. Yugi menambahkan investor lebih senang investasi ke batubara dan perikanan tangkap, karena garam ini urusanya dengan rakyat.

Sementara itu Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo menjelaskan "KKP tidak juga ngotot, kalau garam kita tidak bisa diproduksi ngapain produksi, masalahnya garam petambak kita masih belum banyak terserap," ujar Edhy

Bukanya mendorong untuk pengelolaan garam lokal pemerintah justru senang dengan membuka keran impor garam. Indonesia sebagai  negeri dengan laut yang elbih luas dari pada daratan ini menjadi cambuk bagi pemerintah indonesia yang masih mengandalkan impor garam demi memenuhi kebutuhan garam nasional.

Tentunya kerjasama dari berbagai pihak seperti pemerintah, pelaku industri dan juga petani lokal dalam memanfaatkan kekayaan dan potensi laut yang ada tak lagi dapat dikesampingkan. Polemik impor garam di negeri ini harus segera dituntaskan demi terwujudnya kedaulatan pangan.

Solusinya menurut Yugi, perlu memperbaiki kualitas garam, dengan membantu geomembran, sehingga produktifitasnya bisa naik 30 persen, dan kualitas garamnya jauh lebih bagus. Selain itu juga perlu adanya goodwill dari pemerintah baik maritim maupun perikanan. "Memang Prospek garam ini sangat bagus, dan memang belum Banyak teman teman yang mau investasi digaram,"  pungkas Yugi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun