Tetap mencintaimu walau jalan berliku…
Bagaimana apabila kamu mencintai seseorang bahkan berniat menikahinya, namun sahabat sepersusuanmu silariang (kawin lari) kepada calon pengantinmu atas nama dendam! Begitulah yang terjadi pada Muhammad Jamil Daeng Tutu, seorang dokter dari Turatea. Ia dan Natisha saling mencintai. Walau kerikil selalu datang menyusupi kulit hingga tulangnya, ia tetap setia pada wanita bangsawan Makassar itu. Hingga suatu hari menjelang hari pernikahan, Tutu menemukan secarik kertas di rumah Natisha, “tak perlu mencariku, seorang lelaki membawaku lari. Selamat tinggal.”
Sebagaimana Rangka, sahabat Tutu, penganut parakang, tapi Tutu juga bukanlah orang biasa. Tutu memiliki kesaktian bawaan lahir karena terlahir sungsang dan memiliki toh putih, yang bisa membuatnya mengalami dan mampu melihat makhluk-makhluk gaib. Tutu harus memecahkan kode-kode jejak dari Rangka yang sangat lihai bermain dengan ilmunya. Namun, ibarat tupai melompat, ia akan jatuh juga.
My Thought
Natisha ini ramai diperbincangkan di klub buku kesayangan saya beberapa waktu lalu, kubusetengahtujuh di instagram. Walau novel ini bukan novel baru, sebab terbit tahun 2016, tetapi novel ini wajib kamu baca terutama bagi penyuka fiksi sosial-budaya atau horror paranormal.
Novel Natisha ini berlatar belakang kehidupan Jeneponto, sebuah Kabupaten di Makassar. Tak hanya membahas tentang ilmu ghaib parakang, yang saat ini masih diyakini ada keberadaannya. Novel ini juga menceritakan dengan detail tradisi di Makassar, mulai dari mancak pore, senjata badik, akraga hingga gelar kebangsawaan yang membentuk strata sosial. Sebab merasa tingginya strata sosial itulah membuat keluarga Natisha menjadi pongah dan congkak.
Novel ini terbagi menjadi tiga bagian : Bantaran Awal, Bantaran Tengah dan Bantaran Akhir. Alur dalam novel ini maju - mundur, tapi masih nyaman diikuti. Novel ini juga terdapat footnote yang menjelaskan istilah dalam bahasa Makassar, dapat memudahkan pembaca.
Cerita yang menarik bagi saya selain membahas bagaimana taktik Tutu untuk memecahkan kode-kode yang ditinggalkan Rangka, adalah kisah cinta Natisha dan Tutu di masa remaja dengan darah muda yang penuh gairah, bertukar catatan harian, merajut mimpi bersama. Manisnya usaha Natisha untuk menyenangkan hati Tutu dengan mengerjakan pekerjaan rumah Tutu dan membuat cabelong, makanan khas Jeneponto. Saya sendiri membayangkan Natisha adalah Chelsea Islan, karena wajahnya yang ayu khas bangsawan, hehe.
Hal yang membuat saya sedikit naik pitam adalah ketika Tutu harus ditahan di kantor polisi dan Tutu harus mengalami penyiksaan di dalam sel. Kisah ini seperti menjelaskan bahwa masih ada oknum polisi yang tidak mengayomi rakyat kecil tapi lebih memilih memihak pada mereka yang berkuasa. Saya juga dibuat gregetan dengan Rangka yang sangat licik.
Demi mencapai parakang yang sempurna, ia rela melakukan apa saja. Jujur, sebelum selesai membaca novel ini, saya sendiri sama sekali tidak berniat mencari tentang wujud dari parakang. Tentang parakang yang diceritakan dalam novel ini saja mampu membuat bulu kuduk saya berdiri. Tahun 1998 yang disebutkan dalam sinopsis, menurut saya hanya sebagai latar tumbuhnya kisah Natisha ini terjadi dan sama sekali tidak saling berhubungan.