Mohon tunggu...
Anggi Niken Permatasari
Anggi Niken Permatasari Mohon Tunggu... Lainnya - karyawan swasta

saya hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

''Brain Drain" (Belum) Mengkuatirkan

8 Juli 2023   19:51 Diperbarui: 8 Juli 2023   20:01 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Internasionalisasi juga menjadi salah satu penyebab memungkinkan adanya prgerakan pekerjaterdidik dan terlatih antar negara . Utamanya pergerakan tenaga kerja profesional dari suatu negara ke negara lain untuk memperoleh kehidupannya yang lebih baik . migrasi pekerja terdidik memang sebuah fenomena yang baru, bersifat kompleks sulit untuk dapat dihentikan dan lazim disebut "brain drain".

Brain drain diartikan keluarnya tenaga ahli terlatih dan terdidik dari suatu negara kenegara lain. Hal ini telah lama menjadi perhatian serius pemerintah kita. Terlebih lagi mulai berlaku dan dibukanya AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean 2015).

Brain drain, bermakna ilmuwan,tenaga terdidik dan prifesional dari negeri sendiri, dari sektor ekonomi ,atau dari suatu bidang beralih ke sektor lain yang biasanya ntuk pendapatan dan kehidupan lebih baik. Dalam konteks bernegara berarti migrasi pekerja  keluar negeri dankemudian tersebar diseluruh dunia. Kondisi ini tentu saja sangat tidak diinginkanoleh negara yang bersangkutan karena SDM penting yang kita miliki justru memajukan negara lain, bukan negara asalnya.

Masih ingat , di era tahun 1970 an, negeri ini merupakan negara produsen minyak bumi, dalamkurun waktu tersebut hingga kini.tentu banyak tenaga kerja terdidik, terlatih dan profesional yang dihasilkan. Bahkan yang ada khusus disekolahan di dalamdan ke luar negeri. Timbul pertanyaan,kini aktivitas ekonomi dan kegiatan pengeboran dan pertambangan minyak bumi telah mengalami penunrurnan drastis. Lantas kemana perginya tenaga ahli terdidik tersebut?. Meskipun sebagian sudah memasuki usia pensiun ataumungkin sudah bayar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun