Lina tersenyum tipis, "Terima kasih, Lip. Aku hanya berharap suatu hari nanti semua usahaku akan membuahkan hasil yang manis."Â
Malam harinya, di ruang tamu yang hangat, Lina duduk di antara Pakde, Bukde, Abang, dan kakaknya. Suasana penuh kehangatan terasa di ruangan itu, seolah mengalirkan energi positif ke dalam hati Lina.Â
"Na, ini gaji kamu," ucap kakaknya sambil memberikan lembaran uang. Lina menerima dengan senyum tipis, merasa terharu dengan perhatian dari keluarganya.Â
"Dulu, Ayah dan Ibumu juga merantau dari Medan saat Abangmu masih kecil, sama seperti kami," ucap pakde Lina sambil mengenang masa lalu. "Kami berjuang untuk bertahan hidup. Lihatlah orang tuamu, mereka berjuang keras demi memastikan kalian semua bisa menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi dan menggapai cita-cita. Hidup ini penuh ketidakpastian, Na."Â
Bukdenya menambahkan, "Na, kamu punya tiga adik yang semuanya sekolah, dan Abangmu sekarang kuliah. Semua itu membutuhkan banyak uang. Kami prihatin dengan orang tuamu di sana. Oleh karena itu, kami melatih dan mendidikmu agar bisa membantu mereka. Kami berharap kamu mendapatkan pengalaman yang berharga, setidaknya kamu bisa membiayai sekolahmu sendiri untuk meringankan beban orang tuamu. Kita tidak tahu bagaimana masa depan nanti, tetapi setidaknya kita sudah pernah merasakan hidup susah. Kami berdoa semoga kamu sukses dan bisa membahagiakan orang tuamu."
Pakdenya memberikan pesan bijak, "Na, saat kau kerja nanti pelajari dulu keterampilanya sebelum memikirkan uangnya. Buat uang bekerja untuk kamu, jangan kamu yang bekerja untuk uang. Ingat, hidup ini tidak hanya tentang bertahan, tapi juga tentang bagaimana kita bisa bangkit dan membuat perubahan."Â
Lina tersenyum sambil mengangguk, meresapi setiap kata yang diucapkan oleh keluarganya. Meskipun terkadang keras dan menuntut, Lina menyadari bahwa mereka melakukan itu semua karena sayang dan peduli padanya.Â
Dengan hati yang penuh rasa syukur dan tekad yang semakin kuat, Lina menutup babak baru dalam hidupnya. Setiap kata dan pelajaran dari keluarganya menjadi pijakan yang kokoh baginya untuk terus maju dan menghadapi setiap tantangan dengan keberanian dan keteguhan hati. Dengan keyakinan yang semakin bulat, Lina siap melangkah ke depan, menuju masa depan yang cerah dan penuh harapan.Â
Dengan hati yang penuh rasa syukur dan tekad yang semakin kuat, Lina menutup buku diary lamanya setelah selesai membacanya. Setiap lembaran masa lalu membentuknya menjadi pribadi yang tangguh dan gigih. Saat ini, Lina berada di jalur yang benar, mengejar pendidikan tinggi untuk mewujudkan impian dan memberikan kebanggaan bagi keluarganya. Dengan keyakinan yang semakin kokoh, Lina siap menghadapi masa depan dengan penuh semangat dan harapan.
Lina menatap ke luar jendela, menyaksikan matahari yang mulai terbenam. Senyum di wajahnya merefleksikan ketenangan dan keberanian dalam dirinya. Dengan langkah mantap, ia berbisik pada dirinya sendiri, "Aku akan berhasil. Aku akan membuat keluargaku bangga."
Buku diary itu kini tersimpan rapi di dalam lemari, menjadi saksi bisu perjuangan Lina yang tak pernah menyerah. Setiap lembaran mengingatkan Lina pada kekuatan dan keteguhan dirinya. Dengan semangat yang membara, Lina melangkah maju, siap menghadapi tantangan dan menjemput masa depan yang dipenuhi dengan harapan dan impian yang segera akan menjadi kenyataan.