Selain sektor pariwisata , sektor ekspor-impor dan sektor penerbangan, sektor pertanian juga terkena dampak negatif atas pengaruh yang ditimbulkan COVID19. Salah satu nya adalah UMKM daun cincau yang ada di Desa Garunggang. Desa Garunggang merupakan salah satu Desa di Kabupaten Langkat yang dikenal dengan penghasil daun cincau terbesar di Kabupaten Langkat.
Pada masa pandemi saat ini, terjadi penurunan pada permintaan daun cincau yang berimbas pada penurunan pendapatan para petani dan pengepul daun cincau di Desa Garunggang tersebut.
Dalam menghadapi masa pandemi saat ini, pemilik usaha daun cincau harus membuat strategi pemasaran yang baik dalam mempertahankan bisnis nya agar tetap bertahan dan keluar dari keterpurukan. Salah satu pengepul daun cincau di Desa Garunggang, Bapak Sinar Sembiring menerapkan strategi “Pay Later” dalam penjualan daun cincau nya untuk menarik minat pembeli dan kegiatan operasional UMKM tetap bisa berjalan.
Kegiatan memasarkan produk dilakukan secara mouth-to mouth baik dari pelaku usaha secara langsung ataupun mouth to mouth antar pelanggan. Dengan hanya bergantung pada cara yang tradisional, namun usaha daun cincau ini sangat menjanjikan hingga mencapai omset 10-15 jt per bulan, dan 15-20jt pada bulan ramadhan. namun pendapatan menurun drastic selama pandemic COVID 19 saat ini.
“Di situasi pandemi saat ini, penjualan menurun, permintaan juga banyak yang di cancel karna kendala krisis ekonomi. Jadi, saya berinisiatif untuk menjual daun cincau dengan harga yang murah dan bisa dibayar belakangan (Pay later), dan ini cukup berhasil meningkatkan penjualan kami pada masa pandemic saat ini “ ujar Bapak Sinar Sembiring saat di wawancarai di desa Garunggang Kab. Langkat. (Senin, 11 Januari 2021)
Segmentasi dan target produk daun cincau Desa Garunggang Kab. Langkat ini adalah pabrik-pabrik yang mengolah daun cincau menjadi jelly (pelaku usaha yang mengolah daun cincau) baik yang ada di dalam kota Medan, ataupun luar kota seperti pabrik yang ada di Batam, Cimahi, dan Kalimantan yang telah menjadi pelanggan tetap bapak Sinar Sembiring dalam kegiatan jual-beli daun cincau ini.
Jenis daun cincau yang di jual oleh bapak Sinar Sembiring adalah Daun cincau hitam kering. Daun cincau ini biasanya dijual dalam bentuk gulungan dengan berat sekitar 20-80 kg.
Produk daun cincau tersebut dihasilkan oleh para petani di Desa Garunggang dan sekitarnya kemudian dikumpulkan oleh pak Sinar Sembiring untuk di distribusikan ke pabrik- pabrik pengolah daun cincau untuk diolah menjadi berbagai macam jenis olahan seperti olahan jelly yang dijadikan sebagai bahan minuman contoh : Yeos Minuman Cincau, Cap Panda Cincau, Grass Jelly ataupun minuman yang berbahan cincau lainya.
Pada pandemi COVID19 saat ini, pak sembiring juga melakukan perubahan harga atas daun cincau yang dijualnya. Hal ini dikarenakan pada saat pandemi permintaan menurun sehingga harga cincau pun cendrung menurun.
“Sebelum pandemi harga cincau dapat mencapai Rp. 28.000 – Rp. 40.000/kg, Namun setelah adanya pandemi harga cincau menurun cukup drastis menjadi Rp.15.000 – Rp.20.000/kg” ujar pak Sembiring, (Senin, 11 Januari 2021).
Sampai saat ini UMKM daun cincau milik pak Sembiring ini belum pernah melakukan pengembangkan produk namun selama pandemic mereka melakukan analisis kebutuhan pasar yang akan dijadikan sebagai salah satu produk baru yang akan diciptakan dan setelah berhasil usaha ini akan berencana untuk mengembangkan produk secara terus menerus mengikut perkembangan dan permintaan pasar yang akan datang.
Saat di wawancara terkait inovasi yang akan dilakukan UMKM ini, Pak Sembiring dengan sangat antusias menjawab “Inovasi yang akan segera kami lakukan adalah membuat produk olahan daun cincau sendiri. Jadi tidak hanya menjual bahan baku daun cincau, namun juga produk olahan daun cincau seperti jelly dan minuman cincau”.
Usaha ini juga menginginkan keberhasilan yang lebih lagi, adanya niat dari pemilik usaha untuk mengembangkan usaha ini agar bisa go -internasional lewat ekspor cincau dari usaha ini, itulah sebabnya dimasa pandemic ini mereka menganalisa untuk mengembangkan produk, menciptakan strategi baru, bahkan mereka juga sedang memikirkan bagaimana cara agar usaha ini bisa melakukan ekspor keluar negri, ada beberapa hal yang masih terlintas saat ini bagi pemilik usaha yang membuatnya menahan harapannya untuk mengembangkan bisnis ini terkait kegiatan ekspor-impor yang sekarang sedang dikurangi oleh beberapa negara sebagai antisipasi penularan COVID-19 serta keterbatasan kemampuan untuk bisa menjalin bisnis internasional antar negara.
Tim Penulis : Ananda Pangestu (021), Della agita (038), Anggi k ginting (049), Djordan Manurung (050), M. Rafi (056), Yola Sidauruk (123)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H