Jokowi, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto turut hadir di sana.
Ada satu pemandangan yang tidak biasa dari aktivitas panen raya padi di Desa Lajer, Kabupaten Kebumen. PresidenKetiganya terlihat hangat berdialog dan bercengkrama dengan petani setempat.
Desa Lajer merupakan lokasi pertama panen raya program satu juta hektar di bawah kepemimpinan Jokowi.
Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah pun turut diajak, sementara Prabowo yang ditugasi sebagai koordinator food estate atau program lumbung pangan, juga digandengnya.
Â
Namun yang justru merebut perhatian saya dari aktivitas itu adalah bidikan selfi Jokowi. Sang presiden, orang nomer satu di negara ini, mau-maunya memegang sendiri ponselnya, lalu membidik dirinya bersama Ganjar dan Prabowo.
Tentu selain ingin mengabadikan momen, jelas itu menandakan betapa Jokowi memiliki ketertarikan khusus dengan kedua sosok ini, baik secara kinerja maupun secara sifat personalnya.
Tidak mungkin dong kita mengajak selfi orang yang kita benci?
Namun bukan Jokowi namanya jika tidak menyiratkan pesan khusus. Sebagai orang Jawa, ia sangat akrab dengan bahasa simbol dan isyarat. Dalam menyampaikan gagasan, lebih-lebih memberikan nasihat, masyarakat Jawa memang cenderung lebih memilih menggunakan bahasa tersamar sebagai bentuk kehalusan budi agar tidak ada yang tersakiti atau tersinggung.
Dengan berswafoto di hamparan padi, Jokowi bisa saja sedang mengingatkan kedua tokoh ini agar tidak melupakan sikap padi, yang makin berisi makin merunduk. Meski kinerjanya sudah jelas, banyak masyarakat mencintainya, namun tetaplah harus rendah hati.
Kerendahan hati inilah yang menjadi nyawa perjuangan seorang pemimpin. Sebab sikap itu diwujudkan dengan tidak berjaraknya dari rakyat, menjunjung setinggi-tingginya hak rakyat, termasuk dalam hal ini adalah para petani.
Sebagai presiden, Jokowi menaruh harapan agar penerusnya nanti memiliki perhatian terhadap nasib petani, sebab di tangan merekalah negara ini bisa berdaya secara pangan.
Jika menengok pertanian di Jawa Tengah, di bawah kepemimpinaan Ganjar, provinsi ini berhasil menjadi lumbung pangan terbesar nasional. Produksi padi di Jawa Tengah mencapai 9,2 juta ton atau setara 5,4 juta ton beras dalam setahun. Jateng pun surplus beras hingga 1,2 juta ton.
Selain dikirimkan ke berbagai provinsi, hasil produksi beras Jawa Tengah juga dikirim ke berbagai negara.
Di tangan Ganjar, Jawa Tengah juga meraih penghargaan Abdi Bakti Tani karena nilai ekspor komoditas pertanian di Jateng tertinggi se-nasional. Penghargaan itu diterimanya pada 13 September 2021, diserahkan oleh Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin.
Pencapaian ini tak lepas dari program Ganjar Pranowo di sektor pertanian. Di antaranya pembangunan seribu embung, pembangunan saluran irigasi, serta bantuan panel listrik tenaga surya untuk kawasan pertanian agar para petani lebih hemat ongkos produksi.
Saya rasa, itulah diplomasi padi ala Jokowi. Para petani di Kebumen menjadi saksinya. Satu upaya untuk membawa bangsa ini lebih matang, maju, dan bisa menjadi lumbung pangan dunia. Barangkali, Ganjar Pranowo- Prabowo Subianto adalah jawabannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H