Mohon tunggu...
Sobar Harahap
Sobar Harahap Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kebenaran harus disampaikan

Love your story

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Queen of Katwe dan Sebuah Harapan dari Ganjar

8 Maret 2023   11:52 Diperbarui: 8 Maret 2023   12:08 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: website pemprov jateng

Tidak seorang pun yang bakal mengira bahwa Phiona Mutezi, gadis miskin penjual jagung keliling, kelak bisa membelikan rumah untuk ibu dan saudarinya.

Dari kawasan kumuh pinggiran kota Kampala di Uganda inilah Phiona dilahirkan. Hidupnya memang pahit sedari kecil. Di usia tiga tahun, ia sudah jadi yatim. Ayahnya meninggal karena AIDS. Debu-debu yang berterbangan, rumah-rumah bobrok, banjir limbah, adalah gambaran tentang Katwe, tempat Phiona tinggal.

Pendidikan sudah tentu hanya angan-angan bagi keluarganya, sebab untuk urusan mengisi perut saja mereka harus berjuang habis-habisan. Karena kondisi itu, Phiona pun dipaksa ikut cari duit sejak usia sembilan tahun.

Dengan nampan di kepala, ia berkeliling menjajakan jagung ke pasar-pasar di jalanan Katwe. Saat sedang jualan itulah ia bertemu Robert Katende, seorang guru olahraga di sekolah misionaris yang kemudian memperkenalkannya pada permainan catur.

Berkat bimbingannya, Phiona perlahan-lahan bisa menunjukkan bakatnya yang gemilang. Ia mulai mengalahkan para pecatur lokal, lalu melebar ke seluruh Uganda, hingga kemudian mengikuti turnamen internasional.

Kisah hidupnya yang menginspirasi banyak orang itu pun kemudian dikemas dalam film manis berdurasi dua jam, berjudul "Queen of Katwe".

Namun, yang tak bisa saya abaikan begitu saja dari kisah itu adalah kepedulian Katende yang begitu melimpah. Ia bukan hanya mengajarkan catur pada Phiona, namun juga mengajarinya membaca, hingga kemudian mencarikan beasiswa agar Phiona bisa bersekolah.

Keputusan itu pun benar-benar membuahkan hasil. Phiona bukan hanya piawai bermain catur, namun juga berhasil menyelesaikan kuliahnya di Nortwest University Amerika Serikat. Kini ia pun bekerja di perusahaan teknologi paling mentereng, Microsoft.

Masa depan seseorang memang tidak ada yang tahu. Namun dari kisah itu kita kembali diingatkan bahwa kegigihan, perjuangan, serta dukungan orang sekitar, selamanya punya andil dalam mewujudkan hari depan yang lebih baik.

Orang seperti Katende memang sangat langka. Ia bukan anggota keluarganya. Tidak punya ikatan khusus sama sekali. Namun mau peduli pada anak-anak miskin yang tinggal di kawasan kumuh di Uganda.

Bahkan Katende juga terus berjuang meyakinkan Ibunda Phiona yang awalnya menentang, bahwa pendidikan yang layak adalah salah satu jalan meraih masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun