Mohon tunggu...
Sobar Harahap
Sobar Harahap Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kebenaran harus disampaikan

Love your story

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ganjar dan Ibu-ibu Hamil yang Meregang Nyawa

22 Februari 2023   13:23 Diperbarui: 22 Februari 2023   13:26 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: JPNN.com

Inerie hanya bisa menitipkan kalung untuk anaknya sebelum ia meninggal pasca melahirkan. Ia berharap kalung itu menjadi penguat sekaligus pengingat untuk anaknya.

Inerie adalah seorang ibu yang melahirkan bayi kembar laki-laki dan perempuan, namun harus meregangkan nyawa akibat pendarahan.

Belo dan Bela, anaknya, kemudian tumbuh hanya dengan kasih sayang dari sang ayah. Setiap malam ayahnya menemani mereka bermain, dinyanyikan tembang pengantar tidur dan dongeng-dongeng. Namun mereka tak kunjung tahu, apa penyebab kematian ibu mereka sesungguhnya?

Itu adalah potongan-potongan kesedihan dalam film "Inerie, Mama yang Cantik". Sebuah dokumenter drama yang syarat edukasi, namun juga mampu menguras emosi.

Dari sana kita juga tahu bahwa kematian pasca melahirkan bisa meninggalkan rasa trauma yang mendalam bagi anaknya. Sebab bertahun-tahun kemudian, saat Belo tumbuh dewasa ia takut menikah karena kawatir suatu hari istrinya hamil lalu meninggal sebagaimana nasib ibunya. Ketika saudari kembarnya mengandung pun, ia kerap dirundung mimpi buruk.

Melihat film itu, saya seperti menyaksikan potret Jawa Tengah di masa lalu. Kemiskinan yang tinggi, transportasi susah, akses kesehatan masih rendah, ibu-ibu hamil tidak mendapat edukasi, apalagi gizi yang baik. Kondisi itu membuat angka kematian ibu di Jateng pada waktu itu begitu tinggi.

Pada 2013 saja, angka kematian ibu dan anak masih cukup memprihatinkan. Kematian ibu menyentuh 613 kasus, sementara kematian bayi mencapai 5481 kasus.

Namun kini, kabut pekat yang menyelimuti kaum perempuan itu perlahan-lahan bisa disingkirkan. Kepemimpinan Ganjar di Jawa Tengah mampu menyulutkan harapan besar tentang masa depan yang lebih baik bagi ibu dan anak-anak mereka.

Sebagai pembaca taat pemikiran Bung Karno, Ganjar Pranowo menyadari, perempuanlah yang mula-mula induknya kultur, dialah pembentuk, pembangun peradaban manusia pertama. Dalam kepemimpinannya di Jawa Tengah, memang sangat terlihat Ganjar begitu menjunjung dan memuliakan perempuan, kaum ibu-ibu.  

Dari kepedulian itu juga lahirlah gagasan besar yang dia persembahkan untuk perempuan: Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5NG).

Ini adalah gerakan menyeluruh yang melibatkan seluruh komponen masyarakat agar ibu sehat bayi selamat. Gagasan ini merupakan upaya bersama untuk menyiapkan, mengawal, mendampingi dan melayani calon ibu dan anak.

Dalam pelaksanaannya, Ganjar melibatkan banyak pihak. Dari dinas, puskesmas, petugas kesehatan di desa-desa, hingga elemen masyarakat. Para ibu hamil di Jawa Tengah mendapat pengawasan ekstra, dari kondisi kesehatannya, hingga asupan gizinya.

Kita bisa melihat bagaimana gerakan ini dilakukan Brebes. Beberapa desa di sana mulai membentuk dapur sehat, mereka memberikan bantuan untuk ibu hamil  yang diserahkan dalam bentuk makanan bergizi, dengan anggaran dialokasikan dari dana desa. Dengan demikian, ibu-ibu hamil merasa hahagia, mereka bisa menanti kelahiran anaknya tidak dengan rasa gembira.

"Seorang ibu mestinya tidak boleh mati saat melahirkan," ujar Belo, bertahun-tahun kemudian mengenang kematian ibunya.

Ganjar mungkin tidak menonton film itu. Tapi secara prinsip, berkat kepeduliannya yang besar, ia tak ingin masyarakatnya di Jateng juga bernasib sama seperti Inerie yang malang itu.

Dengan program ini, angka kematian ibu dan anak di Jateng menunjukkan hasil yang sangat baik. Angkanya menurun drastis hingga melampaui target Sustainable Development Goals (SDG's), atau pembangunan berkelanjutan. Angka kematian ibu di Jateng pada 2022 menurun menjadi 335 kasus, sementara angka kematian bayi menjadi 3031.

Begitu juga dengan penurunan stunting yang menampakkan hasilnya. Pada 2019, angka stunting di Jateng sama dengan nasional yakni 27 persen. Namun pada 2022 angka stunting di Jawa Tengah turun drastis menjadi 17,4 persen.

Jika kita cermati, lewat upaya-upaya ini, artinya sebagai pemimpin Ganjar memperhatikan masyarakatnya sejak dalam kandungan, dan berusaha sebaik-baiknya agar ibu-ibu tetap sehat usai melahirkan, dan bisa melihat senyum anak-anak mereka yang menggemaskan.

Salam Sobar Harahap...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun