Mohon tunggu...
Sobar Harahap
Sobar Harahap Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kebenaran harus disampaikan

Love your story

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tembang dari Lereng Sumbing

12 Maret 2022   18:52 Diperbarui: 12 Maret 2022   18:57 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gamelan dan Mardiyono, sumber foto: tribun

Sebuah tembang mengalun dari para seniman di Desa Wonosari, Temanggung. Dengan iringan gamelan dan irama yang riuh, tembang itu seperti menandai bangkitnya hasrat para pegiat seni tradisi di Lereng Gunung Sumbing.

Lereng Sumbing barangkali adalah ketulusan sang maha pencipta. Panorama alam yang membentang, bukit-bukit hijau, mampu membuat pikiran kembali segar setelah ditimpa rutinitas.

Sungguh sangat disayangkan, jika di kampung yang elok itu kesenian tradisi harus hilang. Itulah yang sempat dicemaskan Mardiyono, pria 55 tahun, yang sudah lama mencintai kesenian lokal.

Ia bercerita, di desanya Wonosari ada tiga jenis kesenian tradisional, yaitu wayang kulit, jatilan, dan topeng ireng. Namun perlahan-lahan aktivitasnya makin lesu karena berbagai persoalan.

Selain gempuran teknologi, salah satu penyebab lain ialah keterbatasan peralatan. Seperti misalnya gamelan yang kini sudah banyak yang rusak dan tak lengkap. Padahal, ibarat badan manusia, gamelan adalah panca indra dalam pertunjukan seni tradisi.

"Kita tidak pernah bisa beli gamelan karena harganya yang mahal," ujarnya.

Mardiyono takut jika kesenian yang diwariskan para tetua hilang tergerus waktu. Ia kawatir dan terus dihinggapi rasa berdosa jika kesenian-kesenian itu memudar dan tak dikenali lagi.

Tapi rupanya, hidup memang tak pernah kehabisan kejutan. Di tengah badai pesimis itu, tiba-tiba, Gubernur Ganjar datang memberikan bantuan seperangkat alat musik gamelan lengkap untuk warga di desa Wonosari.

Mardiyono gembira bukan main. Ia sendiri bahkan sulit menggambarkan rasa gembirany. Yang pasti, ia tak menunggu waktu lama langsung memanfaatkan gamelan itu. Gairahnya pun perlahan menulari orang-orang sekitar.

Karena itulah, tak ada cara bagi Mardiyono dan teman-temannya untuk menyampaikan rasa terima kasih selain membuat tembang untuk Ganjar Pranowo. Ya, mereka menciptakan tembang yang khusus dipersembahkan kepada gubernur mereka.

"Bersatu padu bersama Ganjar Pranowo. Gotong Royong Mbangun Seni Budaya. Tak akan menyerah hadapi marabahaya...."  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun