malam itu, udara terasa gigil,Â
hari yang cukup ganjil
nyanyian jangkrik, jarum jam yang berdetik, hujan  rintik-rintik,
dan debar ikut senyap, sesaat
rindu yang kuyakini impas,Â
perlahan mereda setelah tawamu berjejak di kasurku dan di tembok bisu
suara perempuan terdengar nyaring di balik telepon,Â
seakan tumpul, melesat jauh menembus jarak
memecah senyumku dalam waktu singkat
bola mataku perih, meredam air mata yang sudah mendidih
di balik telepon,Â
kalian bersama sembari beradu tawa
memberiku jawaban yang belum sempat kutanya; "ini kekasih baruku"
bibirku kelu,Â
selamatku padamu pun palsu
kucukupkan rinda-rindu malam itu,
jangkrik melanjutkan nyanyiannya,
jarum jam berdetik semestinya,
hujan merintik dengan derasnya,
dia sudah bahagia,
aku tidak apa-apa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H