malam itu, udara terasa gigil,Â
hari yang cukup ganjil
nyanyian jangkrik, jarum jam yang berdetik, hujan  rintik-rintik,
dan debar ikut senyap, sesaat
rindu yang kuyakini impas,Â
perlahan mereda setelah tawamu berjejak di kasurku dan di tembok bisu
suara perempuan terdengar nyaring di balik telepon,Â
seakan tumpul, melesat jauh menembus jarak
memecah senyumku dalam waktu singkat
bola mataku perih, meredam air mata yang sudah mendidih
di balik telepon,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!