Kabar baik dari buku ini adalah kita dihadirkan pengalaman masing-masing penulis dengan ceritanya masing-masing dalam membelah kekayaan dan keindahan bumi pertiwi. Ajaibnya, semua penulis kisah-kisah perjalanan ini adalah perempuan! Pembaca bisa tahu sekaligus merasakan patah hati di Mandalawangi, Bromo, dan Baluran. Kemudian, menyemai cinta dalam perjalanan menuju Kawah Ijen, Mahameru, dan Bali. Kenangan tentang sosok Ibu akan menyeruak kala perjalanan agak bergeser ke Lombok. Sabang dan Minangkabau menyuguhkan pengalaman pendewasaan diri. Kecintaan pada negeri ini akan semakin menebal kala Tana Toraja, Larantuka, dan Raja Ampat menghadirkan keunikannya.
Ada beberapa tulisan yang jadi favorit saya. Tulisan berjudul “Kabut Cinta Mandalawangi” dari Agita Violy dan “melarung Ingatan Tentangmu di Bromo”. Buku ini justru menjadi semakin unik dengan tema-tema individualnya. Ada cerita soal patah hati, menemukan cinta dalam perjalanan, hingga kenangan tentang Ibu. Maka, alangkah saya bersyukur bahwa Sang Editor tidak menempatkan tema-tema seragam menjadi bab yang sekuensial.
Judul : Rumah adalah di Mana Pun
Penulis : Adinto F. Susanto (ed.)