Mohon tunggu...
Anggie Novita Sari
Anggie Novita Sari Mohon Tunggu... Lainnya - Tadris IPS 1 IAIN Jember
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Siapapun bisa jadi apapun

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Eksistensialisme dan Tokoh Pemikiran Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

29 April 2020   23:40 Diperbarui: 29 April 2020   23:57 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penderitaan

Perjuangan, dan

Kesalahan. 

Keempat hal tersebutlah yang menentukan berkembang atau tidaknya Eksistensialisme dalam diri seseorang.

- Heidegger

Menurut pendapat beliau Manus adalah bahwa kita telah ada dalam dunia, dan dunia adalah sebuah karakter dari apa yang ada pada dunia itu sendiri.

- Gabriel Marcel

Beliau adalah tokoh filsafat eksistensialisme yang pertama di negara Perancis. Ia melepaskan diri dari figur seperti Jeans Paul serta memilih istilah filsafat eksistensialisme atau neokrateanisme untuk mendefinisikan sebuah pemikiran yang sangat menonjol dalam menolak filsafat sebagai sistem. Sehingga sulit untuk memahaminya, baik isi maupun penguraiannya. Ia mencapai puncak pemikirannya pada era perang dunia ke-2. Beliau juga mengatakan bahwa manusia tidak dapat hidup sendirian melainkan harus bersama manusia lainnya, akan tetapi manusia juga memiliki kebebasan yang bersifat otonom.

- Paul Tillich

Tillich adalah seorang esensialisme Kristen yang memusatkan perhatiannya kepada hakekat keberadaan. Beliau berpendapat bahwa kecemasan dan ketidak beradaan itu in heren, didalam pengalaman yang dilalui itu sendiri. Secara sederhana, orang takut akan ketidak beradaan orang itu sendiri yakni sebuah kematian yang berlawanan dengan esensi, namun juga tergantung pada eksistensi atau keberadaan. Eksistensi bersifat fanaz sementara esensi itu kekal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun