Mohon tunggu...
Anggie Aldona
Anggie Aldona Mohon Tunggu... Aktris - Berkata baik atau diam!

Mahasiswa UIN RIL jurusan studi agama-agama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Agama Khonghucu terhadap Bangsa Cina

29 Desember 2020   01:18 Diperbarui: 29 Desember 2020   06:30 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak 2000 tahun yang lalu, sebelum Nabi Khonghucu lahir Agama Khonghucu sudah berdiri, agama Khonghucu lebih tepatnya disebut Ru Jiao. Nabi Khonghucu sendiri lahir pada 551 SM, yang mana Nabi Khonghucu diberikan tugas oleh Tuhan untuk menata kembali upacara agama Ru Jiou dan mengajarkan agama kepada Raja dan rakyat Tiongkok tentang spiritual dan moral agar rakyat Tiongkok dapat hidup lebih sejahtera, aman dan damai. Yang mana pada saat itu keadaan di Tiongkom sedang kacau balau, terjadi perpecahan karena para kepala daerah ingin menjadi raja dan saling berebut wilayah kekuasaan. Pada zaman ini disebut dengan zaman Chun Qui atau zaman dimana terjadinya musim semi dan musim gugur.

Dimasa Nabi Khonghucu, ia mendirikan sekolah dengan jumlah murid sebanyak 3000 orang, yang mana setelah mereka pandai akan ilmu yang telah dipelajari maka banyak dari muridnya yang mendirikan sekolah-sekolah baru sebagai penerus dari pada ajaran Nabi Konghucu. Namun, tidak semua murid mendirikan sekolah dengan melanjutkan atau meneruskan dari pada ajarang Nabi Khonghucu tetapi ada juga murid yang mendirikan sekolah dengan alirann lain karena pada saat itu terdapat pula aliran-aliran yang bermunculan di Tiongkok, bahkan terdapat pula aliran yang bertentangan dengan ajaran Nabi Konghucu yaitu salah satunya aliran Mohist yang didirikan oleh Mo Zi.

Terdapat dua tokoh besar sebagai penerus dari pada ajaran Ru Jiao yaitu Meng Zi atau Mencius (371-289 SM) dan Xun Zi (326-233 SM). Yang mana kedua tokoh ini sebagai penerus ajaran Ru Jiao dari Kong Zi atau Nabi Khonghucu. Yang mana dari kedua tokoh besar tersebut masing-masing memiliki pendapat yang berbeda, dikarenakan hidup dizaman yang berbeda. Meng Zi hidup pada saat awal kekacauan muncul di Tiongkok sedangkan Xun Zi hidup lahir pada saat kekacauan di Tiongkok sudah memuncak.

Pada zaman Dinasti Han yaitu pada tahun 206 SM agama Khonghucu atau Ru Jiao ditetapkan sebagai agama negara, dimana pejabat-pejabat negara harus lulus dalam mengikuti ujian ajaran Ru Jiao yang bersumber dari kitan klasik yang ajarannya bersumber dari Nabi Khonghucu yang dituliskan oleh murid-murid-Nya. Di masa ini, banyak sekali orang-orang yang mengaku dirinya sebagai pembawa ajaran Khonghucu dengan tujuan agar menjadi atau diterimanya sebagai pejabat negara.

Kemudian pada akhir Dinasti Han yaitu pada tahun 210 M, di Tiongkok sendiri terdapat agama Tao, yang mana ajaran tersebut mengambil ajaran Taoisme, Kitab Yi Jing, Kitab Tai Xuan Jing, Ilmu Kedewasaan Tiongkok Kuno Dan Konsep Reinkarnasi. Agama Tao pada saat itu bukanlah agama negara, dimana mereka dapat menyebarkan ajarannya dengan mendirikan tempat ibadah yang lebih kecil. Ajaran pada agama Tao ini lebih kepada ajaran Spritual dan ritual termasuk ilmu magis dan mistik. Pada ajaran agama Tao, mereka memilki pendeta yang menyucikan diri dari urusan duniawi. Yang mana ajarannya pun dipelajari langsung dari pendeta bukan dipelajari dari sekolah seperti agama Khonghucu.

Pada ajaran agama Khonghucu, mereka lebih menekankan pada pengabdian masyarakat ketimbang ajaran spritual. Yang mana pada saat itu kedudukan agama Khonghucu sangat istimewa di Tiongkok sehingganya menjadikan tokoh agama Khonghucu lupa membina umatnya secara intensif.

Selanjutnya, pada abad ke-5 di Tiongkok mulai berkembang agama Budha Mahayana yang mengakibatkan terjadinya persaingan dan perebutan umat dengan agama Tao. Akibat adanya persaingan antara agama Budha Mahayana dengan agama Tao, hal ini menimbulkan konflik yang tidak diinginkan, seperti terjadinya konflik fisik yang melibatkan masing-masing pengikutnya. Saat itu dinasti Tang mencoba melerai permasalahan yang ada dengan menyatukan tiga agama atau San Jiao atau jika di Indonesia disebut dengan Tri Darma. Dengan adanya Tri Darma bukan berarti ketiga agama ini melebur menjadi satu tetapi agama Khonghucu, Tao, dan Budha Mahayana berdiri masing-masing. Namun dari ketiganya tetap mengakui bahwa sebagian umat merupakan umat bersama dan perlunya untuk dibina bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun