"Nggak tahu, tetapi dulu aku menganggap itu sebagai hal yang biasa, dan pembawaanku memang begini, apakah aku harus berubah, ini adalah diriku," katanya.
"Kecemburuan itu kan macem-macem, sayang."
"Awalnya Jo selalu memeriksa  telepon genggamku, mengecek siapa saja teman yang sering menelponku. Aku mengalah, aku pun akhirnya menghapus kontak semua teman laki-laki. Masalah tidak hanya berhenti di situ, nama-nama yang ada, katanya nama yang disamarkan, dia masih menuduhku berselingkuh dengan salah satu kontak yang ada di situ," tuturnya.
"Terus?"
"Aku  dicurigai terus, bahkan semua teman-teman di kantor dicek olehnya. Kalau aku jalan-jalan sama teman kantor, salah satu dari mereka ditelepon, siapa saja yang ikutan, pokoknya isinya hanya cemburu dan cemburu yang tak jelas, aku kan jadi malu, Zan."
"Segitunya, ya Lind."
"Iya, dan karena tuduhan yang terus menerus itu, aku jengkel sekali, lalu aku menjalin kedekatan dengan teman sekedar pelampiasan kejengkelanku kepada Jo, dan aku berterus terang soal itu kepadanya."
"Benarkah itu Lin, kau bilang deket seseorang padanya?"
"Iya, rumitnya, dia bukannya kapok, malah kecemburuannya bertambah."
"Oh Linda, ngapain juga kamu bilang kalau kamu deket sama seseorang."
"Aku jengkel, bener-bener jengkel dengan sifat cemburunya yang berlebihan."