Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waspadai Porn Addict pada Anak

10 September 2016   05:12 Diperbarui: 10 September 2016   07:26 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dunia sepakat bahwa kita harus membentengi anak-anak (0-16 th) dari narkoba, minuman keras bahkan merokok dini. Tetapi ada satu hal penting lagi yang harus menjadi perhatian pemerintah dan orang tua, yaitu porn addict. Kecanduan pornografi.

Anak seperti apakah yang punya potensi menjadi porn addict? Tentu saja semua akan dikembalikan kepada orang tua. Seperti apakah mereka memperlakukan anak-anak mereka. Bagaimana kah suasana di rumah hingga anak mencari pelarian ke dunia prnografi.

Pada saat ini sudah menjadi rahasia umum, banyaknya anak-anak yang masuk sebagai kategori child blass. Maksudnya anak-anak yang memiliki jiwa yang kosong. seperti apakah mereka?

Biasanya mereka tidak mendapatkan perhatian yang semestinya dari orang tua, mendapat perlakukan kasar, atau hanya sekedar di anak tirikan.

Anak-anak inilah yang menjadi sasaran bisnis pornografi, karena mereka akan menjadi peluang untuk menjadi pelanggan di kemudian hari. Selain itu, mereka juga akan menjadi sasaran empuk para bandar narkoba, miras, produsen rokok, bahkan organisasai teroris. Anak-anak ini hanya butuh perhatian dan didengarkan, bila mereka tak mendapatkan dari orang tua, maka larinya ke poin-poin di atas.

Bahaya porn addict, melebihi bahaya narkoba, demikian menurut para ahli, semua disebabkan karena pornografi bisa merusak otak mereka secara permanen. Dan bila sudah kecanduan, dosisnya akan terus meningkat seiring dengan pertambahan usianya.Yang mengerikan kecanduan ini akan berubah menjadi kekerasan seksual.

Ciri-ciri anak-anak yang menderita situasi ini, bila anak sudah melakukan masturbasi 30-35 kali sepanjang hidupnya, maka dia sudah terjangkiti porn addict. Kemudian dia melontarkan pertanyaan-pertanyaan seputar seks, tetapi bukan pertanyaan yang normal. Pertanyaan normal itu seperti darimana asalnya adik? Kenapa saya tidak punya burung seperti abang? Kenapa anak laki-laki tidak mens?

Sementara anak yang sudah kecanduan pornografi, pertanyaan sudah menjurus pada aktifitas hubungan seksual antara pria dan wanita, seperti bagaimana caranya memasukkan alat kelamin laki-laki pada alat kelamin perempuan.Posisi bercinta itu apa, dan sebagainya.

Anak-anak yang sudah kecanduan pornografi ini akan memiliki keberanian lebih dalam urusan seks. Termasuk melakukan kejahatan seksual seperti memperkosa, meraba-raba alat vital temannya, bahkan melacur. Tak heran bila ada kasus pemerkosa anak-anak, dan yang diperkosa masih balita. Atau adanya berita bahwa pelanggan pelacur tua adalah kebanyakan anak-anak.

Sasaran kekerasan seksual anak ini, biasanya anak yang dekat di sekitarnya, namun lebih kecil (lemah) seperti adik, saudara sepupu yang sering bersama bermain di rumah. Dan perilaku kekerasan kebanyakan terjadi di rumah.

Bagaimana caranya agar anak-anak tidak mengalami hal ini?

1. Berikan perhatian, tidak melakukan kekerasan terhadap anak, tidak terlalu mengatur dan menerapkan disiplin tinggi pada anak, biarkan mereka tumbuh dengan alamiah.

2. Jangan menyimpan gambar-gambar porno di gadged yang biasa dibuka-buka oleh anak.

3. Lakukan komunikasi dengan efektif.

4. Luangkan waktu bersama mereka untuk menikmati alam bebas, seperti jalan sehat, naik gunung berenang.

5. Berikan pendidikan seks dengan benar.

6. Pisahkan kamar anak laki-laki dan anak perempuan.

Tetapi bila anak sudah ketahuan menderita porn addict, tak ada pilihan lain selain membawanya ke psikolog untuk mendapatkan terapi.

Jakarta 10 September 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun