Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Bila Anak Susah Makan

19 Maret 2014   22:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Saya sering mendengar keluhan orang tua yang mengatakan bahwa anak mereka susah makan. Tubuhnya kurus dan berat badannya tidak naik, dalam kurun waktu tertentu. Bahkan ada yang takut anak mereka termasuk kategori kurang gizi.

Beberapa hal yang menyebabkan anak susah makan, antara lain:

1.Makanan yang tidak menarik, misalnya makanan yang sudah beberapa hari disajikan dan bolak-balik dihangatkan, pasti bentuk dan rasanya pun berubah.

2.Situasi psikis anak yang kurang nyaman, rumah yang kacau, pertengkaran orang tua, atau kerabat di dalam rumah.

3.Penyajian makanan yang tidak rutin, saat makan pagi tak ada makanan, saat makan siang meja makan kosong, dan seterusnya.

4.Anak kurang sehat. Kalau berlarut berarti harus diperiksakan ke dokter. Atau mungkin ada bagian tubuhnya yang terkilir hingga tak mau makan.

5.Kebiasaan makan camilan yang banyak mengandung perasa makanan, atau fast food, yang membuat anak ketagihan sehingga tidak berselera dengan makanan yang berbumbu sederhana.

6.Pemberian makanan yang tidak teratur, membuat anak mengabaikan jam makan, dan tidak memahami mana jam makan dan mana bukan.

Untuk meningkatkan nafsu makan pada anak perlu diambil tindakan yang kontinnyu dan menyenangkan.

1.Kenali makanan kesukaan anak, buatkan dan terus buatkan, meskipun anda sendiri merasa bosan.

2.Sajikan makanan dengan menarik. Hindari memberi makanan yang kedaluwarsa pada anak, berikan yang masih fresh. Makanan yang masih fresh lebih terjaga nilai gizinya dan terjaga kualitas rasanya.

3.Hindari semampu mungkin makanan fast food, makanan olahan, makanan beku dan makanan kemasan,  karena makanan ini mengandung penguat rasa yang membuat anak ketagihan.

4.Biasakan menyediakan cemilan sederhana tapi sehat, martabak telur buatan sendiri, lebih enak daripada selembar pizza yang penuh lemak tetapi rendah gizi, dan tentu saja harganya lebih murah.

5.Dan biasakan anak makan sayuran dan buah. Semangkuk pepaya kupas dingin, sangat cocok untuk menemani putra-putri anda sambil menonton televisi daripada sekotak cokelat yang mahal.

6.Saya tidak melarang Anda memberikan makanan kemasan, seperti biskuit, kacang sukro, es krim dan lain-lain, tetapi itu bukanlah makanan utama. Mereka boleh nyemil setelah menghabiskan sarapan, makan siang atau makan malamnya.

7.Ciptakanlah suasana rumah yang menyenangkan hingga anak merasa aman.

8.Selalu memahami situasi kesehatan anak, perhatikan adakah tubuhnya bermasalah seperti terkilir, sakit perut dan lain-lain, biasakan berkomunikasi dengan anak soal ini.

9.Saya menyarankan yang memberikan makanan, atau menyuapi (untuk balita) adalah ibunya. Karena pada saat menyuapi anak, ibu bisa menceritakan manfaat makanan bagi tubuh, bisa mengajarkan bagaimana menghargai makanan dan mengajak mereka berdoa sebelum makan sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan.

10.Ajari anak makan dengan teratur sedini mungkin. Jelaskan proses makanan dan fungsi makanan di dalam tubuh dan bahayanya kebiasaan makan tak teratur.

11.Kenalkan beberapa makanan dengan nilai gizi dan fungsinya.

12.Menggambarkan kisah-kisah di film kartun, seperti Popeye yang kuat karena bayam, Krabbypatty Spongebob yang lezat , kegemaran kembar Upin dan Ipin pada ayam goreng, dan lain-lain juga  akan mempengaruhi nafsu makan anak.

13.Ajaklah anak dalam proses membuat makanan, seperti mengupas bawang, mengaduk telur, atau memotong sayuran untuk membuat sup. Anak laki-lakiku Mikail (12 tahun) sudah pandai membuat telur omelet dan membuat susu coklat sendiri.

Demikian beberapa tips agar anak mau makan. Semoga bermanfaat.

Jakarta, 20 Maret 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun