Berdasarkan riset LIPI tahun 2020, rata-rata remaja Indonesia menghabiskan sekitar 2,7 jam sehari untuk menonton Drakor. Durasi ini meningkat menjadi 4,6 jam per hari saat pandemi. Sedangkan seorang Otaku bisa menghabiskan 5-10 jam per hari untuk menonton anime, membaca manga (komik Jepang), atau bermain game online.
Namun berkat hal itu, baik seorang Kpopers (fans K-pop) maupun Otaku menjadi terhindar dari dampak buruk kenalakan remaja seperti pergaulan bebas, tawuran, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Meskipun sebagai gantinya dapat berpotensi merusak moral jika adegan dalam anime atau drakor yang ditonton terdapat unsur kekerasan atau gore.
2. Pergeseran Kiblat Budaya
Â
Seperti yang telah disebutkan di atas, Budaya Korea dan Jepang memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap berbagai aspek kehidupan remaja di Indonesia, sehingga hal itu menggeser perilaku mereka dari budaya lokal menjadi budaya Korea dan jejepangan.
Sedikit lega jika dibandingkan remaja pada tahun 80-an yang kebarat-baratan, budaya asia cenderung menjunjung tinggi nilai kesopanan. Meski begitu, tetap saja kondisi itu menuntut anak muda Indonesia mengikuti pola hidup orang Jepang dan Korea Selatan.
Hal inilah yang mendorong para seniman dan pelaku bisnis mengubah tema mereka ke arah kedua kiblat baru tersebut. Sehingga tidak heran jika saat ini banyak ditemukan restoran ala Korea dan Jepang yang mendominasi persaingan di kota-kota besar. Selain itu tidak sedikit pula produk makanan kemasan asal Korea dan Jepang yang membanjiri pasar lokal. Seperti mie ramen instan, kimchi, udon, dan berbagai snack ringan lainnya.
Sementara itu jika dilihat dari segi budaya, akibat minat dan semangat belajar bahasa baru yang tinggi, dewasa ini banyak bermunculan platform kursus dan lembaga pendidikan bahasa Korea maupun Jepang di Indonesia.Â
Menurut hasil survei The Japan Foundation, jumlah institusi pendidikan bahasa Jepang resmi di Indonesia ada sebanyak 2.879 institut di tahun 2018, atau meningkat sekitar 15,3% dari survei yang sama pada tahun 2015.
Sementara itu, belum ada catatan yang valid tentang pelatihan bahasa Korea di Indonesia. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa K-pop telah mendorong lonjakan kursus bahasa Korea di seluruh dunia.Â
Mengingat Indonesia merupakan negara dengan jumlah Kpopers terbesar, bukan tidak mungkin banyak remaja Indonesia yang mempelajari bahasa Korea secara otodidak melalui aplikasi dan platform pembelajaran online maupun kanal Youtube.