Merebaknya pengguna gadget dan meningkatnya saluran internet di dalam negeri mendorong budaya populer dari luar masuk dengan mudah dan cepat digandrungi anak-anak muda di Indonesia. Seperti misalnya kebudayaan K-pop dari Korea Selatan dan kebudayaan Otaku dari Jepang.
K-pop sendiri sebenarnya adalah sub-genre musik pop dari Negeri Ginseng, yang biasanya dinyanyikan oleh suatu grup vokal. Bersama dengan Drama Korea, keduanya merupakan bagian tak terpisahkan dari Gelombang Korea (Hallyu) yang menyebar di berbagai negara di seluruh dunia semenjak tahun 1990-an.
Sementara itu, kebudayaan Otaku berasal dari Negeri Sakura, Jepang. Otaku sendiri adalah istilah dari bahasa Jepang yang merujuk pada orang yang benar-benar menekuni suatu hobi. Namun, perlahan istilah tersebut bergeser. Otaku sekarang ini diartikan sebagai orang yang menggemari budaya anime, manga, idol, ataupun game.
Kebudayaan K-pop dan Otaku mulai menjamur di Indonesia semenjak era revolusi industri 4.0, dengan meningkatnya jumlah pengguna internet dan media sosial.Â
Tercatat dalam laporan resmi Twitter yang dirilis tahun 2022 berdasarkan unique authors, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penggemar K-pop terbesar di dunia pada 2021. Sedangkan mengenai Otaku, dilansir dari berbagai sumber, Indonesia juga menjadi peringkat ketiga dengan populasi wibu (Otaku fanatik) terbesar di dunia.
Lalu, dengan derasnya arus kedua kebudayaan populer yang tidak dapat dibendung tersebut, apa saja pengaruhnya bagi kehidupan sosial di kalangan remaja Indonesia? Berikut ulasannya.
1. Perubahan Gaya HidupÂ
Budaya Korea maupun Jepang memiliki pengaruh kuat terhadap berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari selera musik, tampilan atau fashion, makanan, dan lain sebagainya.Â
Didorong oleh perkembangan teknologi informasi, para remaja kini cenderung menghabiskan waktu luangnya dengan menonton Anime atau Drakor (Drama Korea) di kamar tidur daripada melakukan kegiatan di luar ruangan.