Mohon tunggu...
Anggi Aryela
Anggi Aryela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Quotes, puisi, bahasa, dan lain-lain.

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelajaran Hidup dalam Kisah Amba, Ambika, dan Ambalika

23 Desember 2022   18:33 Diperbarui: 23 Desember 2022   18:37 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti yang kita ketahui bahwa di setiap cerita ataupun kisah yang ditulis oleh para pengarang secara imajinasi atau bahkan ditulis ulag ole pengarang dari kisah nyata pastinya selalu mengandung pesan yang dapat dipetik dan dimbil oleh para penikmatya. Salah satuya adalah epos Mahabharata. Epos mahabharata ini merupakan wiracarita atau kisah kepahlawanan yang memuat uraian tentang adat istiadat, kebiasaan, dan kebudayaan manusia di zaman dahulu. Mahabharata berasal dari kata maa yang berarti "besar" dan kata bharata yang berarti "bangsa bharata".

Kisah mahabharata disajikan dengan beberapa bab salah satunya adalah bab 5 dengan judul "ilmu ghaib sanjiwini" yang akan menjadi objek utama dalam pembahasan kali ini.

Dua pelajaran yang bisa saya petik di dalam epos mahabharata bab 4 yaitu Jangan Asal Menilai Seseorang, tercerm dalam cerita mahabharata:

... karena pangeran itu teah bersumpah takkan pernah menikah ...

... Tak ada yag menyangka bahwa Bhisma datang untuk maksud yang sama ...

... Tak ada yang tahu bahwa dia datang demi saudaranya yang lebih muda, Wicitrawirya. Para putra mahkota itu berbisik-bisik ...

...Seseorang berkata "dia memang keturunan Bharata yang sakti dan bijaksaa. Sayang sekali dia lupa diri. Tak sadar bahwa sudah tua dan lupa akan sumpahnya untuk hidup sebagai Brachmacarin yang seumur hidup tidak akan kawin. Untuk apa dia ikut sayembara ini? Dasar pangeran tak tahu malu."

Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa terapkan hal ini, tidak menilai buruk orag lain tanpa tahu kenyataannya seperti apa. Siapa tahu dampaknya bisa saja menjadi besar. Dari pikiran yang asal menilai disauti mulut yang asal bicara maka akan timbul sebuah itnah, jika saja banyak orang yang mendengar kasihan sekali nasib mereka yang kamu bicarakan, tetapi sebaliknya, jika semua orang mendengar dan terbukti kamu salah maka kasihan sekali nasib dirimu.

kemudian yang kedua jangan memaksa seseorang untuk mnuruti keinginan pribadi, ini tercermin pada kutipan epos mahabharata:

... Amba berkata kepada Bhisma, "Wahai putra Dewi Gangga yang masyhur, Tuan pasti tahu yang terkandung dalam kitab-kitab yang kita hormati dan muliakan. Seharusnya Tuan juga tahu bahwa aku telah memilih Salwa. Raja kerajaan Saubala, untuk menjadi suamiku. Tuan memaksa diriku menerima pernikahan ini. Bila Tuan mengerti akan hal ini, bertindaklah sesuai dengan ajaran kitab suci."

Pembelajaran ini juga sngat dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari bahwa kita sebagai manusia yang memiliki hati nurani juga memiliki pedoman hidup, agaknya sangat tidak berkualitas diri manusia yang memaksa manusia lain untuk mengikuti keinginann pribadinya, bahkan dia tidak peduli dengan apa yang dirasakan manusai yang mereka paksa itu. Selain mereka kehilangan haknya, mereka juga terluka hatinya bahkan sampa mengakibatkan trauma. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama memberikan sikap yang baik kepada siapa pun di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun