Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kyoto dan Jalan Kaki yang Menyenangkan

16 Maret 2019   22:23 Diperbarui: 17 Maret 2019   12:48 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kyoto Gyoen National Garden | dokpri

Sudah sepuluh hari saya di Jepang, tepatnya di Kyoto. Selama di sini saya banyak merasa takjub. Maklum, perjalanan ke Kyoto ini adalah pertama kalinya saya pergi ke luar negeri. Saya ketiban rezeki besar.

Senior saya yang saat ini sedang di Melbourne, di sore yang melelahkan tiba-tiba WA, "Anggi, apa mau ke Kyoto Uni studi pustaka 2 minggu? Dibiayai semua."

Jelas tanpa ragu saya jawab mau. Rezeki masa ditolak.

Dan akhirnya, selama 10 hari ini saya berkesempatan untuk studi literatur dan kemudian memperesentasikan hasilnya di seminar kecil yang dihelat oleh Laboratory of Forest Resources and Society, Graduate School of Agriculture, Kyoto University.

Saya diundang ke sini oleh dua orang sensei, Sensei Mizuno dari Center of Southest Asian Studies (CSEAS) dan Sensei Kanzaki Laboratory of Forest Resources and Society. Selama di Kyoto saya lebih banyak berkutat di CSEAS. Tugas saya di sini baca dan menulis, mengikuti forum diskusi, dan diskusi dengan Sensei. Waktu yang sesungguhnya sangat sedikit.

Saya tak hendak bercerita tentang aktivitas studi tetapi lebih ingin menyampaikan soal nyamannya berjalan kaki di Kyoto.

Ya, jalan kaki. Di sini saya berjalan, terus berjalan ke mana-mana. Bukan tak ingin naik transportasi publik. Transportasi publiknya sangatlah keren. Itu jelas. Tapi berjalan kaki begitulah nikmat. Hotel tempat saya menginap dengan kampus jika merujuk pada google maps itu sekitar 3 KM, ditempuh dengan berjalan kaki selama 24 menit. Itu kata Google Maps. Dan memang relatif presisi.

Di sini saya memang lebih akrab dengan Google Maps. Meskipun tetap seringkali harus berputar-putar. Nyasar. Tapi tak ada rugi nyasar di sini. Ada saja yang bisa dilihat. Rumah-rumah yang rapi, sampah yang hampir tak ada, pedestrian lebar yang ramah pejalan kaki, dan kesunyian. Ya memang sunyi, khususnya perjalanan saya ke kampus.

Kyoto Gyoen National Garden | dokpri
Kyoto Gyoen National Garden | dokpri
Pertama kali datang minggu lalu, saya gunakan Google Maps. Saya diarahkan lewat jalan kecil. Saya ikuti. Dan sampai. Dan saya langsung takjub. Ya, lagi-lagi takjub. Saya melewati Kyoto Gyoen National Garden. Kok bagus banget ya. Di Tengah kota ada taman, ah ini besar banget, hutan kali. Di sini juga ada Istana Kekaisaran Kyoto.

Dan akhirnya kadang, jika pagi berangkat ke kampus, saya lewat sini. Menghirup udara segar sepuasnya, memandangi pohon hijau yang bagus. Atau sesekali duduk untuk menikmati pemandangan.

Tak jarang saya berkeliling mencari jalur lain, menyelusuri jalan-jalan yang belum saya singgahi. Hanya untuk tahu ada apa di sekeliling perjalanan. Jauh? Iya. Jika rute normal saja, pulang pergi hotel kampus itu 6 KM. Maka jika saya berkeliling ditambah nyasar maka sehari saya bisa berjalan lebih dari 6 KM. Daebak.

Yang saya suka, ini pengalaman pribadi sih, kendaraan baik mobil ataupaun motor (jarang juga saya lihat) itu sangat sopan terhadap pejalan kaki. Ramah untuk pejalan kaki pokoknya. Selain itu, sepeda jadi moda favorit banyak orang. Saya takjub ada ibu yang membonceng dua anaknya, di depan dan di belakang dengan pakaian trendi.

Menunggu lampu lalu lintas menyala | dokpri
Menunggu lampu lalu lintas menyala | dokpri
Oya, di sini orang rasanya begitu bergaya. Keren. Emang sih, karena suhu dingin, jika lihat HP malam sampai pagi 1-6 c dan siang 8-13 c, maka jaket ataupun pakaian hangat menjadi penting. Jadilah mereka keren-keren.

Saya pun, awalnya merasa dingin yang sangat. Tapi kelamaan sih sudah adaptasi. Padahal ini bukan musim dingin, tapi peralihan ke musim semi. Ada yang bilang tanggal-tanggal segini tanggung ke Kyoto karena tidak mengalami sakura yang bermekaran dengan indah.

Saya juga takjub (lagi) melihat perempuan menggunakan sepatu berhak tinggi tetap melaju kencang berjalan. Kerenlah pokoknya. Berjalan kaki memang menjadi gaya hidup. Tapi memang saya tak pernah merasa capai berjalan. Badan tak pegal-pegal.

Suasananya memang mendukung. Dingin, jalan lebar, dan pemandangannya bagus. Masuk gang-gang pun, duh, bersih banget. Sampah di-packing dengan sangat baik. Rapi, tak berserakan. Katanya jika tak rapi maka tak akan diangkut. Dan sampahnya pun dipilah.

Oya, di jalan  bahkan lansia yang sudah sangat pelan jalannya, sambil bungkuk (ageing population di Jepang memang tinggi), masih sangat mudah dilihat. Dan biasa saja, mereka tetap beraktivitas layaknya muda-mudi lain. Juga banyak anak kecil yang, baik berjalan maupun bersepeda, bahkan di malam hari. Aman saja sepertinya.

Sungai Kamo, ada tempat duduk, jogging treck dan lintasan batu-batu buatan untuk menyebrang | dokpri
Sungai Kamo, ada tempat duduk, jogging treck dan lintasan batu-batu buatan untuk menyebrang | dokpri
Saya memang tak banyak memiliki kesempatan berkeliling jauh, karena merasa punya kewajiban untuk presentasi dan harus membaca beberapa paper. Tapi berjalan di sekitar hotel setelah pulang dari kampus, atau keliling sekitar kampus saja, buat saya, sudah sangat membahagiakan.

Duduk bengong melihat Sungai Kamo saja rasanya senang. Menatap pohon-pohon besar yang bergoyang sendu di Kyoto Gyoen National Garden. Kira-kira di Jakarta nanti, apakah saya akan kuat berjalan seperti di Kyoto ini? Entahlah.

Yang jelas, ya, tak pernah saya berjalan kaki sesenang ini, sekuat ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun