Yang saya suka, ini pengalaman pribadi sih, kendaraan baik mobil ataupaun motor (jarang juga saya lihat) itu sangat sopan terhadap pejalan kaki. Ramah untuk pejalan kaki pokoknya. Selain itu, sepeda jadi moda favorit banyak orang. Saya takjub ada ibu yang membonceng dua anaknya, di depan dan di belakang dengan pakaian trendi.
Saya pun, awalnya merasa dingin yang sangat. Tapi kelamaan sih sudah adaptasi. Padahal ini bukan musim dingin, tapi peralihan ke musim semi. Ada yang bilang tanggal-tanggal segini tanggung ke Kyoto karena tidak mengalami sakura yang bermekaran dengan indah.
Saya juga takjub (lagi) melihat perempuan menggunakan sepatu berhak tinggi tetap melaju kencang berjalan. Kerenlah pokoknya. Berjalan kaki memang menjadi gaya hidup. Tapi memang saya tak pernah merasa capai berjalan. Badan tak pegal-pegal.
Suasananya memang mendukung. Dingin, jalan lebar, dan pemandangannya bagus. Masuk gang-gang pun, duh, bersih banget. Sampah di-packing dengan sangat baik. Rapi, tak berserakan. Katanya jika tak rapi maka tak akan diangkut. Dan sampahnya pun dipilah.
Oya, di jalan  bahkan lansia yang sudah sangat pelan jalannya, sambil bungkuk (ageing population di Jepang memang tinggi), masih sangat mudah dilihat. Dan biasa saja, mereka tetap beraktivitas layaknya muda-mudi lain. Juga banyak anak kecil yang, baik berjalan maupun bersepeda, bahkan di malam hari. Aman saja sepertinya.
Duduk bengong melihat Sungai Kamo saja rasanya senang. Menatap pohon-pohon besar yang bergoyang sendu di Kyoto Gyoen National Garden. Kira-kira di Jakarta nanti, apakah saya akan kuat berjalan seperti di Kyoto ini? Entahlah.
Yang jelas, ya, tak pernah saya berjalan kaki sesenang ini, sekuat ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H