Praktik juga penting. Sesekali ajak anak-anaknya wawancara masyarakat atau survei kecil-kecilan di sekitar sekolah. Agar mereka tahu realitas sosial di sekitarnya. Ada juga teman yang sering bikin sosiodrama. Biar lebih menjiwai pembelajaran katanya.
Anak harus dikenalkan ke berbagai perspektif. Ingat dikenalkan bukan dijejalkan. Kalau dijejalkan ya mabok. Katanya mau buat anak belajar berdemokrasi tapi kok caranya otoriter. Gak nyambung.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan supaya anak gak hanya pinter teori tapi ga bisa praktik. Terbiasa dengan beragam perspektif yang ada di masyarakat Indonesia yang beragam. Jangan sampai pelajaran yang diberikan menjauhkan anak dari dari realitas kehidupan kesehariannya. Artinya pendidikan kita seringkali gak kontekstual.
Makanya saya mengajak teman-teman saya guru PKn seindonesia untuk bersatu. Yakinlah teman-teman punya peran penting untuk menguatkan kebhinekaan Indonesia. Kerja keras memang. Tapi, bukankah sedikit kontribusi lebih berarti dibanding diam, atau mencak-mencak tiap hari. Dua jam perminggu teman-teman di hadapan anak-anak bangsa yang lucu-lucu itu begitu berarti. Jangan sampe terjebak jadi guru yang kerjanya hanya ngajar, bikin soal, kasih tugas, koreksi, dan kasih nilai.
Maka, ayo, Guru PKn seindonesia, bersatulah!Â
Salam perjuangan, dari Mantan Guru PKn yang belum bisa move on.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H