Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukan Ritual: Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah

14 Juli 2016   22:21 Diperbarui: 14 Juli 2016   22:35 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya memang tak punya pengalaman mengantar anak ke sekolah. Apalagi anak saya masih sangat kecil. Namun, saya punya pengalaman mengenai hari pertama sekolah.

Jika mengingat hari pertama masuk ke sekolah, ingatan saya melayang jauh ke Juli tahun 1993, ketika saya masuk ke sekolah dasar untuk pertama kali.

Saya tak pernah lupa, di awal masuk sekolah, pertama kali menggunakan seragam putih merah,, tak ada orang tua yang mengantar. Saya hanya diantar oleh bibi yang membantu di rumah kami.

Ibu saya, harus dirawat di rumah sakit dan bapak menungguinya di sana. Keduanya tak dapat ikut mengantar di hari pertama sekolah. Saya tak punya pengalaman masuk ke taman kanak-kanak sehingga momen ini merupakan detik pertama saya bersekolah.

Perasaan cemburu kepada mereka yang diantar baik oleh ibu atau bapak begitu kuat saat itu. Saya belum memahami, mengapa kedua orang tua saya tak hadir. Meskipun jarak rumah saya dengan sekolah sangatlah dekat, karena keluarga kami ketika itu masih tinggal di perumahan guru yang berada di komplek sekolah.

Tetap saja, perasaan sebagai seorang anak usia 6 tahun begitu kuat ketika itu. Perasaan gelisah, cemburu, dan iri. Saya masih mengingat dengan jelas. Perasaan itu sedikit terobati ketika sore harinya saya diajak oleh salah seorang saudara diajak menjenguk ibu di rumah sakit. Ibu menjelaskan mengapa ia tak bisa mengantar, demikian dengan bapak.

Mungkin sedikit melankolis, tapi itulah perasaan seorang anak kecil di hari-hari pentingnya. Mereka ingin orang tua hadir dan menyaksikan saat-saat pertama mereka menginjakan kaki di sekolah yang asing. Tak setiap orang mudah bergabung dengan orang-orang baru.

Ayo Antar

Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga perlu diapresiasi sebagai momen penguatan hubungan orang tua, siswa, juga sekolah. Ini membutuhkan dukungan semua pihak. Tak mudah tentu saja. Tak semua orang tua punya waktu cukup dan bersedia untuk mengantar anak di hari pertama mereka sekolah.

Mengantar anak di awal sekolah merupakan kemewahan bagi seorang anak. Utamanya bagi mereka yang masih ada dijenjang pendidikan dasar. Berbeda dengan mereka yang sudah berada di jenjang pendidikan menengah. Anak-anak yang sudah besar seringkali merasa malu jika orang tua terlalu posesif terhadap mereka. Treatment berbeda tentu saja harus dilakukan.

Meskipun demikian, momen awal ini penting untuk merajut relasi orang tua dengan guru ataupun pihak sekolah. Bahwa orang tua, di tengah segala hiruk pikuk kesibukannya mau hadir, bukan saja jasadnya tapi juga jiwanya. Anak dapat merasakan ketulusan itu.

Selama orang tua di sisi mereka, tak kemana-mana, percayalah anak akan merasa terlindungi. Karena perasaan dan segenap cinta yang dimiliki orang tua berelasi dengan kenyamanan anak dalam menempuh beratnya pendidikan.

Jangan menggantikan peran itu dengan kemewahan fasilitas sebagai kompensasi. Jangan sampai peran ini tergantikan oleh asisten rumah tangga ataupun supir. Saya melihat fenomena di mana anak-anak, khususnya untuk kelas menengah perkotaan lebih bergantung pada asisten rumah tangga maupun supir mereka. Anak-anak kehilangan model ideal dalam perkembangan psikologis mereka. Orang tua luput, bahwa anak tak hanya membutuhkan kebutuhan material.

Meskipun media komunikasi sudah sangat modern, Ingatlah media tersebut tak pernah tergantikan oleh sentuhan penuh kasih, tatapan yang hangat, dan suara renyah yang mengingatkan.

Omelan cerewet orang tua tapi penuh ketulusan akan sampai kepada relung jiwa anak dan akan diingat sampai kapanpun.

Untuk anak-anak yang baru memulai sekolahnya, atau masuk ke jenjang yang baru, mereka butuh sentuhan tangan yang menguatkan, tepukan ke bahu yang memberi semangat, juga senyuman tulus yang mengingatkan bahwa mereka tak pelu takut. Ada orang tercinta yang mendampingi mereka di saat-saat yang sulit. Juga tak pernah melepaskan mereka di momen apaapun.

Tentu saja mengantar anak di hari pertama sekolah bukan sekedar ritual belaka, yang hanya dilakukan untuk menggugurkan kewajiban. Jangan sampai orang tua merasa bergaya setelah mengantar anak di hari pertama. Ini juga bukan ajang pamer. Apalagi sekedar untuk memenuhi koleksi foto di media sosial, menyebarnya secara viral, sehingga lepaslah kewajiban awal. Apalagi menjadi sekedar tren karena adanya surat edaran Mendikbud.

Momen ini merupakan ajang komunikasi pertama dengan pihak guru. Menegaskan bahwa sekolah bukan hanya sebagai penitipan anak. Orang tua punya kewajiban terhadap pendidikan anak bekerjasama dengan pihak sekolah.

Tak akan ada kesalahpahaman yang tidak perlu ketika komunikasi orang tua dengan aguru terjalin dengan erat. Kecurigaan-kecurigaan dapat ditepis dengan komunikasi yang intensif. Jalinan erat yang harus dirawat sampai anak menyelesaikan pendidikan di sekolah.

Jangan sampai orang tua hanya hadir ketika sang anak bermasalah. Dipanggil dengan terpaksa, kemudian menyalahkan anak atas pelanggaran yang dilakukan. Atau juga menyalahkan pola pendidikan guru di sekolah, padahal mereka pun tak perduli atau hanya pura-pura perduli. Merasa sudah membayar dan lepas tanggung jawab.

Menuntut anak berkarakter, punya sikap, namun tak pernah mencontohkan kepada anak. Hanya berharap sekolah membereskan semua permasalahan, membentuk karakter anak-anak-anak mereka, menuntut ini dan itu tapi tak pernah memantau dan mengawal proses pendidikan.

Guru akan merasa terbantu dengan kehadiran orang tua. Karena support orang tua dalam proses pendidikan anak merupakan sesuatu yang tak ternilai. Demi pendidikan anak yang lebih baik di masa depan, maka tak ada salahnya jika orang tua bersiap, menyediakan waktunya untuk mengantar anak-anak di hari pertama mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun