Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukan Ritual: Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah

14 Juli 2016   22:21 Diperbarui: 14 Juli 2016   22:35 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama orang tua di sisi mereka, tak kemana-mana, percayalah anak akan merasa terlindungi. Karena perasaan dan segenap cinta yang dimiliki orang tua berelasi dengan kenyamanan anak dalam menempuh beratnya pendidikan.

Jangan menggantikan peran itu dengan kemewahan fasilitas sebagai kompensasi. Jangan sampai peran ini tergantikan oleh asisten rumah tangga ataupun supir. Saya melihat fenomena di mana anak-anak, khususnya untuk kelas menengah perkotaan lebih bergantung pada asisten rumah tangga maupun supir mereka. Anak-anak kehilangan model ideal dalam perkembangan psikologis mereka. Orang tua luput, bahwa anak tak hanya membutuhkan kebutuhan material.

Meskipun media komunikasi sudah sangat modern, Ingatlah media tersebut tak pernah tergantikan oleh sentuhan penuh kasih, tatapan yang hangat, dan suara renyah yang mengingatkan.

Omelan cerewet orang tua tapi penuh ketulusan akan sampai kepada relung jiwa anak dan akan diingat sampai kapanpun.

Untuk anak-anak yang baru memulai sekolahnya, atau masuk ke jenjang yang baru, mereka butuh sentuhan tangan yang menguatkan, tepukan ke bahu yang memberi semangat, juga senyuman tulus yang mengingatkan bahwa mereka tak pelu takut. Ada orang tercinta yang mendampingi mereka di saat-saat yang sulit. Juga tak pernah melepaskan mereka di momen apaapun.

Tentu saja mengantar anak di hari pertama sekolah bukan sekedar ritual belaka, yang hanya dilakukan untuk menggugurkan kewajiban. Jangan sampai orang tua merasa bergaya setelah mengantar anak di hari pertama. Ini juga bukan ajang pamer. Apalagi sekedar untuk memenuhi koleksi foto di media sosial, menyebarnya secara viral, sehingga lepaslah kewajiban awal. Apalagi menjadi sekedar tren karena adanya surat edaran Mendikbud.

Momen ini merupakan ajang komunikasi pertama dengan pihak guru. Menegaskan bahwa sekolah bukan hanya sebagai penitipan anak. Orang tua punya kewajiban terhadap pendidikan anak bekerjasama dengan pihak sekolah.

Tak akan ada kesalahpahaman yang tidak perlu ketika komunikasi orang tua dengan aguru terjalin dengan erat. Kecurigaan-kecurigaan dapat ditepis dengan komunikasi yang intensif. Jalinan erat yang harus dirawat sampai anak menyelesaikan pendidikan di sekolah.

Jangan sampai orang tua hanya hadir ketika sang anak bermasalah. Dipanggil dengan terpaksa, kemudian menyalahkan anak atas pelanggaran yang dilakukan. Atau juga menyalahkan pola pendidikan guru di sekolah, padahal mereka pun tak perduli atau hanya pura-pura perduli. Merasa sudah membayar dan lepas tanggung jawab.

Menuntut anak berkarakter, punya sikap, namun tak pernah mencontohkan kepada anak. Hanya berharap sekolah membereskan semua permasalahan, membentuk karakter anak-anak-anak mereka, menuntut ini dan itu tapi tak pernah memantau dan mengawal proses pendidikan.

Guru akan merasa terbantu dengan kehadiran orang tua. Karena support orang tua dalam proses pendidikan anak merupakan sesuatu yang tak ternilai. Demi pendidikan anak yang lebih baik di masa depan, maka tak ada salahnya jika orang tua bersiap, menyediakan waktunya untuk mengantar anak-anak di hari pertama mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun