Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dia yang Menyukai Kereta

13 Juni 2016   14:08 Diperbarui: 13 Juni 2016   15:12 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia sangat suka naik kereta.

Tak perduli padat dan penuh sesak kereta tersebut. Baginya kereta adalah segalanya.

Dia selalu membayangkan. Ada sebuat alat transportasi yang memiliki ruang-ruang yang tersusun, terdapat sekat-sekat yang terhubung satu sama lain serta mampu mengangkut ratusan manusia dalam sekali jalan.

Benda yang tak pernah bosan berjalan di rute yang sama setiap hari. Selalu konsisten karena melalui jalur yang itu-itu saja. Tak pernah berganti juga tak pernah protes.

Adakah yang setiap setiap saat melalui jalan yang sama? Tanpa melalu rute yang sama? Rasanya tak pernah ada. Makanya, kereta sangatlah istimewa di pandangannya.

Kereta selalu bersetia pada jalur yang ia tempuh. Meskipun kadang kereta tak setia pada waktu, ia selalu hadir, tak pernah absen, meski harus telat karena beragam alasan. Ia menepati janjinya untuk hadir. Kereta tak ingkar janji.

Sebelum adzan berkumandang kereta sudah setia menunggu. Mengangkut orang-orang dengan beragam tujuan. Juga beragam kepribadian.

Tak pandang siapa yang naik, kereta bersedia mengangkut mereka tanpa mempertanyakan? Ia taat pada janjinya. Mengantar mereka dari atau tempat ke tempat tujuan. Dan selalu kembali ke awal, setelah mengantar. Tak pernah tersesat, atau sembarang singgah. Selalu melalui rute yang sama. Jalur yang tak pernah berubah. Kereta selalu setia. Kita bisa banyak beharap padanya.

Karena kita tak pernah bisa berharap pada kesetiaan manusia? Sungguh sia-sia saja berharap pada kesetiaan manusia. Manusia adalah makhluk yg paling tak setia.

Lebih berat lagi berharap setianya manusia pada ungkapan manis kata-katanya. Setianya kata pada perbuatan adalah hal berat. Sungguh berat juga jika berharap pada janji-janji kampanye calon penguasa. Manis di bibir memutar kata, namun sulit mengarap realisasinya.

Karena semua itu Dia sangat mencintai kereta. Karena kereta sangat setia.

Tak peduli, jika pagi dan sore, Dia mesti terhimpit dan terdesak. Itu tetap menyenangkan baginya.

Di kereta Dia dapat belajar dari beragamnya kebiasaan makhluk manusia yang terhimpit dan berjejalan di dalam kereta. Banyak cara untuk melepaskan penat dan bosan.

Adakalanya Dia melihat pasangan yang sedang kasmaran. Masing-masing saling menatap penuh kasih. Tak mau melepaskan pandangannya sedikitpun. Saling melindungi.

Tak jarang ia menonton drama korea terbaru, dengan melirik penumpang di sampingnya. Atau mendengar musik dari headset penumpang di sampingnya karena begitu kerasnya volume dari musik yang diputar. Hiburan gratis.

Kadang ia melihat penumpang yang asyik dengan bacaan kitab suci. Melantunkan samar-samar penuh kekhusuan.

Sering Dia melihat orang yang kelelahan, tertidur dan menyandarkan kepalanya ke bahu orang yang tak dikenalinya. Selalu tersedia banyak bahu untuk disandari di kereta yang padat.

Di kereta Dia melihat banyak varian watak manusia. Manusia dengan beragam perangainya. Ada yang senang berbagi, bercanda, ketus, peduli, maupun apatis. Dia melihat manusia yang menghadapi hidup dengan santai atau terburu-buru. Juga, melihat manusia yang relaks atau emosional.  

Di kereta Dia pun melihat hasrat berkuasa manusia. Ketika mereka berkejaran tanpa memerdulikan orang lain. Merebut dan berebut posisi duduk tanpa memperihatikan mereka yang membutuhkan. Seringkali lupa berdiri ketika sudah duduk enak.

Kereta adalah sekolah tanpa ijazah. Tempat perenungan tanpa akhir. Di kereta ia  menyerap ilmu dari semua wajah yang tak pernah dikenalnya. Di kereta ia belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun