Tak peduli, jika pagi dan sore, Dia mesti terhimpit dan terdesak. Itu tetap menyenangkan baginya.
Di kereta Dia dapat belajar dari beragamnya kebiasaan makhluk manusia yang terhimpit dan berjejalan di dalam kereta. Banyak cara untuk melepaskan penat dan bosan.
Adakalanya Dia melihat pasangan yang sedang kasmaran. Masing-masing saling menatap penuh kasih. Tak mau melepaskan pandangannya sedikitpun. Saling melindungi.
Tak jarang ia menonton drama korea terbaru, dengan melirik penumpang di sampingnya. Atau mendengar musik dari headset penumpang di sampingnya karena begitu kerasnya volume dari musik yang diputar. Hiburan gratis.
Kadang ia melihat penumpang yang asyik dengan bacaan kitab suci. Melantunkan samar-samar penuh kekhusuan.
Sering Dia melihat orang yang kelelahan, tertidur dan menyandarkan kepalanya ke bahu orang yang tak dikenalinya. Selalu tersedia banyak bahu untuk disandari di kereta yang padat.
Di kereta Dia melihat banyak varian watak manusia. Manusia dengan beragam perangainya. Ada yang senang berbagi, bercanda, ketus, peduli, maupun apatis. Dia melihat manusia yang menghadapi hidup dengan santai atau terburu-buru. Juga, melihat manusia yang relaks atau emosional. Â
Di kereta Dia pun melihat hasrat berkuasa manusia. Ketika mereka berkejaran tanpa memerdulikan orang lain. Merebut dan berebut posisi duduk tanpa memperihatikan mereka yang membutuhkan. Seringkali lupa berdiri ketika sudah duduk enak.
Kereta adalah sekolah tanpa ijazah. Tempat perenungan tanpa akhir. Di kereta ia  menyerap ilmu dari semua wajah yang tak pernah dikenalnya. Di kereta ia belajar.