Dia sangat suka naik kereta.
Tak perduli padat dan penuh sesak kereta tersebut. Baginya kereta adalah segalanya.
Dia selalu membayangkan. Ada sebuat alat transportasi yang memiliki ruang-ruang yang tersusun, terdapat sekat-sekat yang terhubung satu sama lain serta mampu mengangkut ratusan manusia dalam sekali jalan.
Benda yang tak pernah bosan berjalan di rute yang sama setiap hari. Selalu konsisten karena melalui jalur yang itu-itu saja. Tak pernah berganti juga tak pernah protes.
Adakah yang setiap setiap saat melalui jalan yang sama? Tanpa melalu rute yang sama? Rasanya tak pernah ada. Makanya, kereta sangatlah istimewa di pandangannya.
Kereta selalu bersetia pada jalur yang ia tempuh. Meskipun kadang kereta tak setia pada waktu, ia selalu hadir, tak pernah absen, meski harus telat karena beragam alasan. Ia menepati janjinya untuk hadir. Kereta tak ingkar janji.
Sebelum adzan berkumandang kereta sudah setia menunggu. Mengangkut orang-orang dengan beragam tujuan. Juga beragam kepribadian.
Tak pandang siapa yang naik, kereta bersedia mengangkut mereka tanpa mempertanyakan? Ia taat pada janjinya. Mengantar mereka dari atau tempat ke tempat tujuan. Dan selalu kembali ke awal, setelah mengantar. Tak pernah tersesat, atau sembarang singgah. Selalu melalui rute yang sama. Jalur yang tak pernah berubah. Kereta selalu setia. Kita bisa banyak beharap padanya.
Karena kita tak pernah bisa berharap pada kesetiaan manusia? Sungguh sia-sia saja berharap pada kesetiaan manusia. Manusia adalah makhluk yg paling tak setia.
Lebih berat lagi berharap setianya manusia pada ungkapan manis kata-katanya. Setianya kata pada perbuatan adalah hal berat. Sungguh berat juga jika berharap pada janji-janji kampanye calon penguasa. Manis di bibir memutar kata, namun sulit mengarap realisasinya.
Karena semua itu Dia sangat mencintai kereta. Karena kereta sangat setia.