Menurut Brigham dan Joel (2001:36) dalam (Chorriyah & Almilia, 2016) Teori sinyal yaitu perilaku yang digunakan oleh manajemen perusahaan untuk memandu investor dalam mengamati prospek perusahaan.  Perusahaan bisa mendapatkan modal baru melalui hutang dan dapat menghindari penjualan saham dari prospek yang menguntungkan. Signaling theory mengacu pada motif perusahaan  untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Motif ini disebabkan oleh terjadinya asimetri informasi antara manajemen dengan pihak eksternal. Â
Signaling theory adalah teori sinyal yang berdasarkan fakta bahwa manajer memiliki informasi tentang perusahaan dan perusahaan tersebut mencoba untuk mengkomunikasikan informasi ini kepada publik, sehingga menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan mereka (Sugiarto, 2009:48-49) dalam (Andiyani, 2019). Â
Teori sinyal  juga dapat menginformasikan pengakuan bahwa laba yang rendah dapat membantu mengurangi konflik antara manajer dan pemegang saham, karena manajer yang menerapkan teori ini berusaha untuk mengkomunikasikan informasi secara lebih efektif, jujur dan hati-hati. Â
Teori sinyal membahas bagaimana sinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen harus dikomunikasikan kepada pemilik. Â Sinyal datang dalam bentuk pengumuman tentang keadaan perusahaan, keputusan investasi perusahaan, apa yang investor dengar tentang data keuangan dan keadaan perusahaan. Â Perusahaan diperlakukan dan diartikan sebagai kabar baik atau kabar buruk. Â
Jika sinyalnya bagus, volume perdagangan saham perusahaan akan meningkat. Â Sebaliknya jika sinyal buruk maka volume saham perusahaan akan menurun. Â Dalam teori ini, perilaku manajemen perusahaan sebagai pihak internal memberi sinyal kepada investor atau pihak eksternal dalam bentuk laporan keuangan. Â Informasi yang dikeluarkan oleh manajemen sangat penting karena dapat mempengaruhi keputusan investasi (Rahmat, 2015:13) dalam (Andiyani, 2019).Â
Menurut signaling theory, jika keadaan dan prospek keuangan perusahaan baik, manajer memberi sinyal bahwa mereka tidak melakukan akuntansi diskresioner, yang tercermin dalam akrual diskresioner positif untuk menunjukkan bahwa kesehatan keuangan dan pendapatan perusahaan lebih baik untuk periode saat ini dan masa depan yang lebih tinggi daripada yang diimplikasikan oleh pendapatan non-diskresi untuk periode tersebut.Â
Jika sebuah perusahaan berada dalam kesulitan keuangan dan memiliki pandangan yang buruk, manajer memberi sinyal dengan melakukan akuntansi konservatif, yang tercermin dalam akrual diskresioner negatif, yang menunjukkan bahwa kondisi keuangan dan pendapatan periode saat ini dan masa depan lebih buruk dari pada laba non-diskresioner saat ini. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat financial distress maka akan mendorong manajer untuk menaikkan tingkat konservatisme akuntansi (Lo, 2005:400) dalam (Rohmaniyah, 2016).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H