Mohon tunggu...
Anggia Ermarini
Anggia Ermarini Mohon Tunggu... Ibu rumah Tangga dan Aktivis Soisal dan Perempuan -

Ibu Rumah Tangga yang sedang mengemban Amanah Sebagai Sekertaris Umum PP Fatayat NU dan Sekertaris PP LKNU ( Lembaga Kesehatan NU). Turut mengabdi di dunia pendidikan dengan mengajar di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

REMAJA, KESPRO, DAN RESIKO SOSIAL

26 Agustus 2015   08:29 Diperbarui: 26 Agustus 2015   08:29 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Hj. Anggia Ermarini, MKM

Berbagai hasil penelitian menunjukkan, perilaku seks pra-nikah remaja di Indonesia saat ini makin mengkhawatirkan. Pergaulan bebas tanpa sadar banyak membawa mereka pada kerentanan resiko sosial dan resiko seksual yang tinggi. Sementara pada saat yang sama, faktanya, kelompok usia remaja merupakan usia yang paling rentan terinfeksi HIV/AIDs dan Penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya.

Inilah alasan kenapa tema tentang Kesehatan Reproduksi (Kespro) harus terus dikampanyekan. Dan kampanye efektif sebenarnya tidak bisa hanya mengandalkan kerja organ pemerintah. Diperlukan kepeloporan dari para remaja itu sendiri untuk membangun kesadaran bersama, dengan aktif memberikan informasi yang benar mengenai permasalahan sistem reproduksi.

Para remaja, perempuan khususnya, memiliki sistem reproduksi yang unik. Sistem reproduksinya dirancang dengan memiliki fungsi tertentu sehingga memungkinkan terjadinya regenerasi. Organ reproduksi yang terdiri dari vagina dan leher rahim, beserta bagian-bagiannya adalah tempat bertemunya sperma dan sel telur memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi sehingga membutuhkan upaya protektif.

Indonesia masih tercatat sebagai salah satu negara dengan resiko kesehatan reproduksi yang tinggi. Indikasi ini salah satunya dapat dibaca dengan tingginya angka penderita AIDS, HIV positif, kasus aborsi, kehamilan pranikah, penderita kanker serviks, IMS dan sebagainya. Ini tentu sangat mengerikan. Lebih lagi karena semua resiko itu terjadi justru akibat rendahnya kesadaran remaja terhadap kesehatan reproduksi.

Remaja adalah fase pertama perkembangan organ reproduksi yang disertai dengan perubahan-perubahan fisik, mental, emosional dan intelektual. Dalam populasinya, remaja di Indonesia tercatat lebih 20 persen dari total populasi penduduk di Indonesia. Fase perubahan psikologis pada remaja biasanya ditandai dengan jiwa ingin selalu mencoba, ingin tahu, berpetualang, suka tantangan dan mencoba hal baru. Pergaulan dan sumber media informasi juga berperan menentukan perilaku mereka. Sebuah survey kespro pada tahun 2009 terkait dengan perilaku seksual menyebutkan bahwa remaja perempuan cenderung lebih takut pada resiko sosial dari pada resiko seksual.

Resiko Sosial

Masa remaja yang identik dengan perilaku 'bebas' kerap menjadi justifikasi atas perilaku remaja yang tidak berpikir panjang akan resiko sosial. Terutama kaitan dengan perilaku seksual tentu saja. Remaja terutama perempuan ketika menjalin sebuah hubungan cenderung merasa aman, diayomi dan diperhatikan, dan ini menciptakan ketergantungan pada pasangannya. Sehingga kadang dengan alasan rasa nyaman itu, mereka sulit untuk menolak ajakan untuk berperilaku seksual. 

 

 Maka ketika remaja dekat dengan perilaku seksual sesungguhnya sulit dibedakan apakah mereka memahami resiko sosial-medisnya, atau tidak. Sebuah survey bahkan menyimpulkan bahwa remaja lebih takut kepada resiko sosial seperti hamil pranikah, gunjingan orang, sanksi sekolah, sanksi orangtua, kehilangan pasangan atau teman dan sebagainya. Pada saat yang sama mereka buta akan resiko seksual yang sebenarnya jauh lebih berbahaya.

Faktor lainnya adalah banyak remaja baik di perkotaan atau perdesaan memiliki pemahaman kurang komprehensif tentang kesehatan reproduksi. Sehingga kesadaran untuk menjaga kesehatan reproduksinya dari perilaku seksual atau gaya hidup yg tidak sehat seperti mengkonsumsi alkohol, narkotika atau rokok juga rendah. 

Disamping soal perilaku seksual seperti seks bebas, aborsi, hamil di usia muda, atau gonta-ganti pasangan dan sebagainya, perlu dipahami juga bahwa gaya hidup tidak sehat juga dapat menyebabkan tidak sehatnya organ reproduksi. Gaya hidup tidak sehat taruhlah seperti mengkonsumsi alkohol, rokok, narkotika, menggunakan jarum suntik dan lain-lain. Semuanya dapat menularkan penyakit seksual. Perilaku seksual dan gaya hidup seperti ini tak jarang berakibat banyak remaja menderita IMS (infeksi menular seksual), HIV, AIDS, kanker serviks dan sebagainya.

Sekali lagi bahwa perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh banyak hal. Maka sudah semestinya remaja sejak dini memahami berbagai resikonya. Pendidikan seks dini juga penting diberikan oleh orangtua atau sekolah demi menimbulkan kesadaran pada diri remaja untuk menjaga diri. Remaja adalah aset masa depan bangsa. Yuk, pelopori bangun kesadaran kespro dari kita, dari sekarang.

*Sekretaris PP LKNU dan Sekretaris Umum PP Fatayat NU

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun