Oleh : Hj. Anggia Ermarini, MKM
Berbagai hasil penelitian menunjukkan, perilaku seks pra-nikah remaja di Indonesia saat ini makin mengkhawatirkan. Pergaulan bebas tanpa sadar banyak membawa mereka pada kerentanan resiko sosial dan resiko seksual yang tinggi. Sementara pada saat yang sama, faktanya, kelompok usia remaja merupakan usia yang paling rentan terinfeksi HIV/AIDs dan Penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya.
Inilah alasan kenapa tema tentang Kesehatan Reproduksi (Kespro) harus terus dikampanyekan. Dan kampanye efektif sebenarnya tidak bisa hanya mengandalkan kerja organ pemerintah. Diperlukan kepeloporan dari para remaja itu sendiri untuk membangun kesadaran bersama, dengan aktif memberikan informasi yang benar mengenai permasalahan sistem reproduksi.
Para remaja, perempuan khususnya, memiliki sistem reproduksi yang unik. Sistem reproduksinya dirancang dengan memiliki fungsi tertentu sehingga memungkinkan terjadinya regenerasi. Organ reproduksi yang terdiri dari vagina dan leher rahim, beserta bagian-bagiannya adalah tempat bertemunya sperma dan sel telur memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi sehingga membutuhkan upaya protektif.
Indonesia masih tercatat sebagai salah satu negara dengan resiko kesehatan reproduksi yang tinggi. Indikasi ini salah satunya dapat dibaca dengan tingginya angka penderita AIDS, HIV positif, kasus aborsi, kehamilan pranikah, penderita kanker serviks, IMS dan sebagainya. Ini tentu sangat mengerikan. Lebih lagi karena semua resiko itu terjadi justru akibat rendahnya kesadaran remaja terhadap kesehatan reproduksi.
Remaja adalah fase pertama perkembangan organ reproduksi yang disertai dengan perubahan-perubahan fisik, mental, emosional dan intelektual. Dalam populasinya, remaja di Indonesia tercatat lebih 20 persen dari total populasi penduduk di Indonesia. Fase perubahan psikologis pada remaja biasanya ditandai dengan jiwa ingin selalu mencoba, ingin tahu, berpetualang, suka tantangan dan mencoba hal baru. Pergaulan dan sumber media informasi juga berperan menentukan perilaku mereka. Sebuah survey kespro pada tahun 2009 terkait dengan perilaku seksual menyebutkan bahwa remaja perempuan cenderung lebih takut pada resiko sosial dari pada resiko seksual.
Resiko Sosial
Masa remaja yang identik dengan perilaku 'bebas' kerap menjadi justifikasi atas perilaku remaja yang tidak berpikir panjang akan resiko sosial. Terutama kaitan dengan perilaku seksual tentu saja. Remaja terutama perempuan ketika menjalin sebuah hubungan cenderung merasa aman, diayomi dan diperhatikan, dan ini menciptakan ketergantungan pada pasangannya. Sehingga kadang dengan alasan rasa nyaman itu, mereka sulit untuk menolak ajakan untuk berperilaku seksual.Â
Â
 Maka ketika remaja dekat dengan perilaku seksual sesungguhnya sulit dibedakan apakah mereka memahami resiko sosial-medisnya, atau tidak. Sebuah survey bahkan menyimpulkan bahwa remaja lebih takut kepada resiko sosial seperti hamil pranikah, gunjingan orang, sanksi sekolah, sanksi orangtua, kehilangan pasangan atau teman dan sebagainya. Pada saat yang sama mereka buta akan resiko seksual yang sebenarnya jauh lebih berbahaya.
Faktor lainnya adalah banyak remaja baik di perkotaan atau perdesaan memiliki pemahaman kurang komprehensif tentang kesehatan reproduksi. Sehingga kesadaran untuk menjaga kesehatan reproduksinya dari perilaku seksual atau gaya hidup yg tidak sehat seperti mengkonsumsi alkohol, narkotika atau rokok juga rendah.Â