Ada-ada saja tingkah laku anak SD zaman now yang sedikit-sedikit viral, baik karena sensasi, prestasi maupun selfie-selfie.Â
Dikutip dari akun @pareposonline (twitter), terdapat sebuah foto puisi yang mendeskripsikan perasaan terdalam dari seorang anak kepada gurunya. Sebuah perasaan yang diutarakan dengan penuh semangat literasi ala siswa millennial.Â
Benci tapi rindu, itulah kata yang dapat ditafsirkan dari puisi sepanjang 6 paragraf tersebut. Rustam namanya, terlihat dari signature yang ditulis dibagian bawah paling akhir puisinya.
Walaupun kata-kata yang disusun Rustam terlihat menunjukkan kekesalannya karena terbiasa disuruh mandiri dan belajar sendiri, namun disitu juga terlihat kerinduan seorang anak polos yang menginginkan kehadiran sang guru untuk dapat terus mendidik mereka secara langsung. Hal inilah yang membuat puisi tersebut terasa lucu dan menggelitik.
Bak pujangga dewasa, kata-kata Rustam yang tersusun rapi sedemikian rupa dengan sajak-sajaknya yang berirama membuat kita berpikir, mungkinkah ini asli hasil karya anak SD? Ataukah memang dia titisan sang dewa sastra Alm. Chairil Anwar?Â
Masih belum dapat dipastikan karena dari sumber satu-satunya yang didapat, yaitu @pareposonline (twitter) yang menggunakan hastag #HariGuru2018 itu tidak ada keterangan lain mengenai foto puisi ini. Selain itu, kertas yang digunakan bukanlah kertas yang biasa terdapat dalam buku tulis, melainkan bekas lipatan kertas yang terlihat sangat lebar dan panjang.Â
Sepertinya puisi tersebut bukanlah sebuah tugas yang akan dikumpulkan maupun sedang diperlombakan.
Namun, terlepas dari keterangan selanjutnya mengenai puisi misteri tersebut, ada baiknya sebagai tenaga pendidik yang baik diharapkan mampu menerima kritik yang membangun dari berbagai kalangan, walau kritikan tersebut berasal dari seorang bocah SD, benar atau tidaknya.
Adapun isi puisi tersebut jika ditelaah akan menghasilkan suatu kesimpulan yang lucu di setiap kalimatnya.
Berikut adalah beberapa cuplikan puisi Rustam yang terasa sangat menarik untuk dibahas :
- Aku ingin menjadi batu di dasar laut saja (par.1, kal.2)
- (Kenapa batu? Kenapa bukan duyung saja?)
- Yang kau bunuh aku dengan tingkahmu (par.6, kal.2)
- (Yang? Yang benar saja! Haha, terdengar sedikit romantis)
- Lebih baik aku menjadi batu karang di dasar laut (par.6, kal.3)
- (Kenapa anak ini terus-terusan ingin menjadi batu atau karang?)
- Menanti datang saat abadi (par.6, kal.4)
- (Oohh.. rupanya demi keabadian toh, ckckck)
Itulah tadi puisi sang pembenci guru yang berhasil membuat kita semua menghasilkan berbagai reaksi emoji didunia nyata ketika membacanya. Bagaimana dengan reaksi para kompasioner sendiri ketika membacanya? Boleh tinggalkan kritik dan saran dikolom komentar ya..