Mohon tunggu...
Anggi Gayatri
Anggi Gayatri Mohon Tunggu... -

Mage User yang sering berkeliaran menjelajahi hutan liar imajinasinya hanya untuk menemukan sulur-sulur ajaib yang mampu menghasilkan ide-ide horor kualitas murni untuk menakuti pembaca! Contact Info : anggigayatri6@gmail.com WA +62823-6193-0449 TELP. 083183947545

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Meluluhkan Hati Si Salju Panas di Pedalaman Sumatera"

22 November 2018   13:28 Diperbarui: 22 November 2018   14:06 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajah Andre terlihat semakin biru. Tubuhnya diletakkan di atas pondok khusus dan ditutupi kain ulos. Pak Bernat mengelilingi tubuh Andre dengan asap kemenyan. Tak lupa juga berbagai kelopak bunga tujuh rupa sebagai pelengkap ritual. Hingga tibalah saatnya si ayam cemani datang. "Sini sini letak kepalanya, perintah Pak Bernat kepada Anton dan Lian yang baru datang. 

Mereka pun menyesuaikan posisi agar ketika disembelih, kepala ayam tersebut mengeluarkan darah tepat dileher Andre sebagai bentuk pertukaran jiwa. Tssstttt!! Tstt!! Kokkokokkokkk.. darah mengucur dari leher si ayam dan mengalir ke leher Andre. Tiba-tiba Andre langsung tersadar. Wulan langsung memeluknya merasa bersyukur. Anin dan Rama ikut senang namun masih tak percaya dengan apa yang mereka lihat. " Dek Andre benar-benar sudah kembali dari dunia arwah, cerita Pak Bernat. 

Andre yang masih keheranan terhadap apa yang terjadi pada dirinya diam saja, yang dia ingat hanya saat dia memakan telur setengah masak yang direbus di air kawah putih dan langsung tak sadarkan diri. "Makasih banyak ya Pak Bernat, ucap Wulan. "Hmm.. untung cepat dilaksanakan ritualnya, kalau tidak kalian pulang bawa mayat, balas Pak Bernat tersenyum puas. Mereka pun disuguhi teh manis panas oleh Boru Silaen, pemilik kedai tempat mereka beristirahat.

KANDANG KAMBING

Guntur terbangun. Dia kembali merasa sangat haus. Dari kejauhan dia melihat kedai yang disana ada Anin Rama Wulan dan Andre. Dia berlari ingin menghampiri mereka, namun terperosok di semak. "Coba kalau semua pendatang sama bodohnya kayak mereka ya, bisa cepat kaya kita, kata Anton. "Pandai kali memang bapakmu itu akting jadi dukun Ton, jadi kayak nonton sinetron azab aku tadi, haha balas Lian. "Siapa yang kalian pikir bodoh?  Tanya Guntur. Plaaakkkk!!.. terdengar suara pukulan keras mendengung ditelinganya. Tubuh Guntur melunglai dan akhirnya tumbang.  Dia terbangun lagi, kali ini didalam sebuah ruangan sempit seperti.. kandang kambing! Hueekhh.. bauuu!! Cuihh.. tangannya terikat ke pilar kayu disebelahnya. 

Dari celah kandang kambing tempatnya disembunyikan, dia melihat ke arah luar, dua orang pemuda mengerikan seperti sedang ditugaskan untuk mengawasinya. Dan benar saja! Kedua pemuda itu adalah pemungut liar yang tadi siang! Guntur tidak habis pikir apa yang selanjutnya harus dilakukannya?  

" Wey lae coba kau tengok dulu orang yang tadi udah mati atau belum! Perintah Lerikson pada temannya. "Gawat! "Nggak mungkin bisa kabur terikat gini, pikir Guntur.  "Mending pura-pura mati aja deh, pikirnya. Teman Lerikson menghampiri dan mengecek nadinya. "Udah nggak usah pura-pura mati kau, kata sosok pemungut liar itu. " Mau diapakan aku bang? Tanya Guntur. "Mau dimakan kau sama si Lerikson, ucapnya lagi. "Belum mati dia! Teriak pemungut liar itu kepada Lerikson. "Yaudah kau matikanlah dulu! Sambung Lerikson. 

Dengan cepat teman Lerikson mengeluarkan pisau dari kantong celananya dan.. Guntur hanya bisa pasrah menghadapi nasibnya. Sreeettt.. pemungut liar tadi memotong tali ditangannya. "Kenapa bang? Tanya Guntur berkaca-kaca dan lega. "Ya belum ajalmu macam mana mau kubikin, sambungnya. Lerikson dan temannya hendak bergegas pergi. "Tunggu bang! Sanggah Guntur. "Mau apa kau? Kata Lerikson. "Tolong aku bang, nggak tau aku dimana ini, pintanya. "Itulah bodohmu itu nggak sadar kalian udah dibodohi sama si Bernat Tua itu! Geram Lerikson. "Ceritakan aja Ler, sambung temannya. "Tolonglah bang! Desak Guntur. " 

Asal tahu saja kalian ya, Boru Silaen itu isterinya si Bernat, mereka berdua penipu itu, suka menjual telur busuk. "Dimakanlah sama teman kalian telur busuk yang tak masak itu, makanya hampir mau mati dia, jelas Lerikson dengan logat bataknya. "Betulnya itu bang? "Banyak kali tanyakmu, tadi kaupun hampir mati dipukul sama anaknya si Anton, sambung teman Lerikson. "Macam mana kalau kita lapor polisi aja bang! Saran Guntur. "Ehh.. kamipun kena jugalah nanti, macam mananya kau! Kami masih suka mungut liar disini, ujar Lerikson. " Ya sudahlah bang, antarkan aku ke kawah putih itu lagi boleh ya? "Kubayar pun bang, pinta Guntur setengah memelas. "Ayoklah! Ajak Lerikson. Guntur merasa sangat lega. Dia dan Lerikson pun berlalu menaiki motor astrea butut menuju kawasan kawah putih itu lagi. Ditengah perjalanan, motor tersebut mogok. "Sini kau dulu sebentar ya, aku panggil kawan, ujar Lerikson. Guntur hanya mengangguk, kelelahan.

 

KANTOR POLISI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun