Beberapa minggu kemudian, mama memberitahuku tentang SPAN-PTKIN, jalur seleksi untuk masuk perguruan tinggi Islam. Awalnya, aku ragu. Aku tidak pernah berpikir untuk masuk ke PTKIN sebelumnya. Fokusku selama ini hanyalah PTN.
“Coba aja dulu. Siapa tahu ini jalan terbaik,” kata mama dengan nada penuh keyakinan.
Dengan sedikit keraguan, aku mulai mencari informasi tentang SPAN-PTKIN. Aku menemukan bahwa program ini menawarkan jurusan-jurusan yang menarik dan tak kalah kompetitif. Setelah berdiskusi dengan keluarga, aku memutuskan untuk mendaftar di salah satu universitas Islam yang terkenal.
Proses pendaftaran berjalan cepat, dan sebelum aku menyadarinya, aku sudah melewati semua tahap. Berbeda dengan SBMPTN, aku merasa lebih tenang kali ini. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menyerahkan semuanya kepada Allah.
Hari pengumuman SPAN-PTKIN tiba, dan kali ini aku merasa lebih siap. Meski ada sedikit rasa takut, aku berusaha mengingat bahwa apapun hasilnya, itu adalah yang terbaik.
Aku membuka laman pengumuman dengan hati-hati, memasukkan nomor pendaftaran, lalu menekan tombol “Cek Hasil”. Tulisan yang muncul di layar membuat mataku berkaca-kaca:
“Selamat! Anda diterima di Universitas Islam Negeri pada program studi yang Anda pilih.”
“Allahu akbar!” seruku spontan. Air mata kebahagiaan mengalir di pipiku. Semua rasa kecewa yang pernah aku rasakan seakan menguap begitu saja. Aku langsung bersujud, bersyukur atas karunia-Nya yang luar biasa.
Mama masuk ke kamar dengan wajah penuh harap. “Bagaimana?” tanyanya.
Aku menunjukkan layar ponsel sambil tersenyum lebar. “Alhamdulillah, keterima, Ma!”
Mama memelukku erat, air matanya ikut menetes. “Ini jalan yang terbaik untukmu. Allah nggak pernah salah kasih rencana.”