Mohon tunggu...
Anggi Oktavia
Anggi Oktavia Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Andalas

Saya suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Ilmu Hitam Seharusnya Menjadi Jalan Ninja Pelepasan Dendam Ulah Kecemburuan Sosial?

13 Desember 2023   19:36 Diperbarui: 13 Desember 2023   19:37 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Judul Buku  I  : Misteri Magrib                

Penulis             : Ciayo Indah

Penerbit           : MS Publishing

Tahun terbit  : 15 Juni 2020

Halaman         : 294 Halaman

Judul Buku II  : Kabut Dendam

Penulis              : Ciayo Indah

Penerbit            : MS Publishing

Tahun terbit    : 8 Maret 2021

Halaman            : 353 Halaman

Novel Misteri Magrib dan Kabut Dendam merupakan Novel Dwilogi, bergenre horor yang ditulis oleh Ciayo Indah. Keduanya merupakan bagian yang utuh dari dua perspektif atau sudut pandang yang berbeda. Misteri magrib dari sudut pandang tokoh perempuan bernama Uli, menceritakan pasca Ibu Siti Bakar diri. Sedangkan, Kabut Dendam dari sudut pandang tokoh laki-laki bernama Saso, menceritakan kejadian sebelum Ibu Siti stress.

Novel misteri magrib merupakan buku pertama yang di tulis  Ciayo Indah. Novel Misteri Magrib bercerita tentang  tokoh utama, Uli sebagai pelaku sampingan. Uli sebagai pengamat yang mengunjungi Roma, sahabat masa kecil, telah  terseret terlalu jauh dalam mengungkap penyebab  bunuh diri Ibu Siti, yaitu Ibu dari Roma. Dalam Novel pertama, akan di berikan semacam clue, dan di temukan jawabannya kenapa di Novel kedua. Dalam novel pertama di sebutkan bahwa Romalah yang memegang kesalahan terbesar, karena sudah kawin lari dengan Saso.  

Novel Kabut Dendam merupakan lanjutan dari novel Misteri Magrib. Dengan sudut pandang Saso, tokoh utama, pelaku utama. Menceritakan Bagaimana Saso bangkit melawan kemiskinan. Sampai saat dirinya bisa menanam jagung di sebuah jalanan. Ladang jagungnya di bakar oleh Ayah si Roma, Pak Bambang. Asap yang mengepul itu sangat membangkitkan dendam Saso, terhadap tuan macan tanah yaitu Bambang.  Roma anak Pak Bambang malah mencintai Saso, menentang orang tua, dan menikah dengan Saso.

Penemuan Plot-twist seperti inilah yang menjadi penyemangat saya dalam membaca kedua novel. Saya menyadari bahwa selalu ada perspektif yang berbeda dari dua buah sudut pandang, juga alasan-alasan mereka melakukan suatu hal.

Dalam Novel pertama yang bergenre Horor itu sendiri, membuat pembaca seolah-olah melihat dan merasakan berada di tempat yang mencekam setiap harinya. Merasakan takut dengan teror yang terus saja bermunculan, tetapi sekaligus penasaran dengan siapa yang sebenarnya bersalah. Apakah benar anak-anak Bu Siti yang durhaka, karena telah meninggalkannya sendirian? (Roma dan Rangga). Sehingga Bu Siti menjadi Stress karena hal tersebut? Ternyata tidak sama sekali, dia bahkan selalu mengharapkan kedua anaknya segera pulang. Bahkan, ternyata dalang di balik kesurupan, stress dan meninggalnya Bu Siti adalah adiknya sendiri, yaitu Lek Rakyok.

Ilmu hitam menjadi hal yang sentral atau menjadi sumber cerita dalam  Novel Misteri Magrib. Dikatakan Sumber, sebab adanya penggunaan ilmu hitam, maka terjadi konflik serta perubahan yang sangat mendasar dalam sebuah lingkungan sosial. Sama halnya, dengan lingkungan sosial di kehidupan nyata. Tidak sedikit kita temukan masalah seperti kematian yang bersumber dari ilmu hitam.

Dalam Novel Misteri Magrib kita temui penggunaan ilmu hitam, Lek Rakyok mengirimkan jin kepada Kakak perempuannya sendiri, melalui dukun bernama Ki Gemblong. Jin-jin tersebut telah membuat Bu Siti Bakar diri di dalam rumahnya. Ternyata, Lek Rakyok punya alasan untuk melakukan itu. dahulu semasa Pak Bambang dan Bu Siti hidup bahagia, ketika meminta bantuan kepada mereka, Lek Rakyok di bantu, tetapi dengan di kata-katai dengan tajam oleh Bu Siti terlebih dahulu. Hal itu menyakitkan Sekali bagi Lek Rakyok, sehingga dirinya mengirimkan jin. Ada 21 jin yang di kirimkan. Ketika kakaknya sudah meninggal, dia mengambil semua asset miliknya, dengan dalih Bu Siti telah  mewariskan kepada Lek Rakyok. Sedangkan Roma dan Rangga di anggap sebagai anak durhaka yang memiliki dosa besar, sehingga tidak bisa lagi mendapatkan harta warisan. Kecemburuan sosial, membutakan mata Lek Rakyok, terkumpullah sedikit demi sedikit dendam, sehingga ilmu hitam menjadi solusi pelepasan dendamnya.

Namun, berbeda dengan Novel Kedua, Novel Kabut Dendam, Ciayo Indah masih menuliskan perjalanan melepaskan dendam empat kawan Saso ke sebuah rumah dukun di atas gunung. Tetapi, Saso sendiri tidak mempercayai dukun, dia mengatakan hal itu syirik namanya.

Bukannya Penulis menambahkan formula ilmu hitam pelet di dalam ceritanya, karena Roma terlihat benar-benar tergila-gila dengan Saso. Ciayo Indah malah membuat seolah-olah memang takdir Tuhan, yang membuat anak Pak Bambang, Roma menyukai Saso dan berpacaran dengan Saso. Bahkan dia rela mengejar Saso sampai ke Riau. Dalam hatinya, Saso sebenarnya, menyukai Mulia Ambarawati atau tokoh utama di dalam Novel Pertama, Misteri Magrib. Pandangan-pandangan seperti ini yang saya sukai ketika membaca Novel kedua, selalu ada kesinambungan antara novel pertama dengan novel kedua.

Awalnya kehidupan Saso sarat dengan kepedihan dan kemiskinan yang melanda. Penggambaran Tekanan ekonomi keluarganya, Bapak yang selalu emosi, tetapi tidak berusaha memperbaiki ekonomi keluarga, Bapak yang hanya seorang pengutip Beling . Bahkan orang tuanya menggebuki Saso, Jika tidak mau mengutang beras ke kedai. Bahkan, mereka sekeluarga acap kali menahan lapar berhari-hari.

Juga penggambaran keadaan sosial yang sangat buruk pada saat itu, mampu membuat air mata saya berjatuhan saat membacanya. Namun, kemudian Saso dengan keberaniannya yang bertekad untuk  tidak akan menjadi orang miskin di kemudian hari, berusaha sekuat tenaga. Karena sebuah penghinaan, Saso mulai mengubah pemikirannya. Awalnya, Dia meminta pekerjaan di sebuah ladang Ubi milik Mang Karim. Saso menjadi pengarit di ladang Mang Karim. Dia di gaji dan keluarganya tentu tak kelaparan lagi. Selam 10 hari bekerja, besoknya Saso meminta Bibit ubi untuk di tanam sendiri. Hingga SMP dirinya tetap mengarit di ladang orang lain. Bahkan anak-anak pengarit yang lebih tua dari Saso, di bawah pimpinan Saso. Akhirnya, mereka sepakat untuk menanam jagung, Ubi, dan Kacang di sepanjang lahan mati milik Pemerintah.

Tetapi, saat akan panen sebuah fenomena menyesakkan  terjadi, anak buah Pak Bambang membakar habis jagung yang mereka tanam. Hingga, dari kabut asap yang dilihatnya, dendam Saso semakin banyak terhadap Pak Bambang. Dia berjanji akan membalas perbuatan seorang Bambang.

Namun, takdir berkata lain, Roma anak Pak Bambang, malah semakin menyukai Saso. Sehingga, Roma mengejar Saso ke Riau. Roma menikah dengan Saso. Entah hal apa yang membuat Roma buta ingin hidup berkesusahan pun tak menjadi masalah bagi dirinya. Mungkinkah itu Cinta?

Lek Rakyok  dan Saso adalah dua manusia yang sama-sama menahan dendam. Lek Rakyok yang menggunakan ilmu hitam dalam menyelesaikan masalahnya, menghempaskan dendamnya. Dendam itu terbentuk oleh kecemburuan sosial yang mereka rasakan alami dan tangisi. Bagaimana ketidakseimbangan antara kehidupan si kaya dan si miskin. Orang kaya akan berlagak sombong dengan kayanya, sedangkan orang miskin untuk makan pun susah. Bedanya, Lek Rakyok terlalu nekad menggunakan ilmu hitam dalam pembalasan dendamnya, sedangkan Saso juga berdendam, tetapi tidak sampai melampiaskan dengan ilmu hitam.

Ketidaksetaraan derajat antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, akan selalu di temui di dalam kehidupan. Selanjutnya, Tergantung Bagaimana kita menghadapinya. Tetap bekerja keras sebagai perwujudan dari rasa syukur atas apa yang di miliki. Menjadikan ketertinggalan kita dengan manusia lain sebagai motivasi untuk lebih semangat menghadapi hidup. Jangan sesekali menggunakan ilmu hitam, pasti akan ada ganjaran yang sesuai dengan apa yang kita lakukan hari ini.

Seperti kata pepatah "Bagaimana pun menyembunyikan bau bangkai, lama kelamaan akan tercium juga" terbukti bahwa Lek Rakyok yang menyembunyikan penyebab kematian kakaknya adalah dirinya sendiri, pada akhirnya dapat di ketahui orang-orang juga, bahwa dirinya lah yang menggunakan ilmu hitam untuk pembalasan dendam,  ulah Kecemburuan Sosial. Bisa di bilang Lek Rakyok gila harta.

Sedangkan, Saso yang miskin dan malang itu sepertinya mendapatkan pelet alami dari Tuhan. Dimana dirinya mendapatkan takdir yang luar biasa. Di sukai oleh seorang gadis yang merupakan anak dari orang yang menindas dirinya adalah takdir yang tak pernah di pikirkan oleh Saso. Bahkan sampai menikah dengan Roma.

Cinta memang membutakan. Cinta untuk dunia, untuk Cinta untuk mendapatkan harta, atau cinta dua sejoli yang tidak satu kasta, tetapi memaksa bersama. Biasanya, mereka tak peduli dengan segala konsekwensinya, dunia dan akhirat. Sudah tahu berdosa menyekutukan Tuhan, menggunakan jin dan ilmu hitam tetap juga di kerjakan.

Anggi Oktavia, Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia-Universitas Andalas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun