Mohon tunggu...
Gede Anggha Indrawan
Gede Anggha Indrawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang tertarik di bidang penulisan. Selain itu saya juga memiliki minat pada bidang musik, film, buku dan juga game, jadi hal yang dibahas di blog ini kurang lebih seputar itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pevensi Korupsi dari Perspektif Agama Hindu

13 Juli 2024   18:07 Diperbarui: 13 Juli 2024   18:07 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Aditiya Agarwal

Pendahuluan

Di Indonesia, korupsi telah menjadi bagian dari sejarah panjang yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Menariknya, sebuah anekdot yang sering kali dibicarakan adalah bagaimana orang Belanda, pada masa penjajahan, belajar korupsi dari penduduk lokal. Hal ini menunjukkan bahwa praktik korupsi telah mendarah daging dan menjadi masalah serius sejak zaman dahulu kala. Korupsi, dalam definisinya, adalah penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi, sering kali dengan cara yang tidak jujur atau ilegal. Korupsi tidak hanya merugikan negara dari segi ekonomi, tetapi juga mengikis nilai-nilai moral dan etika masyarakat.

Kasus-kasus korupsi di Indonesia, seperti skandal Bank Century, kasus BLBI, dan yang terbaru, kasus korupsi bansos COVID-19, menunjukkan betapa parahnya masalah ini. Ketidakadilan yang ditimbulkan oleh korupsi merusak tatanan sosial dan menghambat pembangunan negara. Masyarakat menjadi kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah dan institusi publik.

Di tengah situasi yang memprihatinkan ini, penting bagi kita untuk mencari solusi yang mendasar dan berkelanjutan. Salah satu pendekatan yang dapat diambil adalah dengan menggali dan menerapkan nilai-nilai agama sebagai pedoman moral. Dalam konteks ini, agama Hindu menawarkan ajaran-ajaran yang dapat menjadi landasan kuat untuk mencegah perilaku koruptif di kalangan umatnya.

Nilai-nilai dalam agama Hindu, seperti Dharma (kebenaran dan kewajiban moral), Asteya (tidak mencuri), dan Satya (kejujuran), memberikan panduan jelas mengenai perilaku yang harus dihindari dan yang harus diterapkan oleh setiap individu. Selain itu, langkah-langkah konkret yang dapat diterapkan berdasarkan nilai-nilai ini juga perlu dijabarkan secara rinci untuk memberikan panduan praktis bagi umat Hindu dalam menghindari jerat korupsi. Dengan menggali lebih dalam tentang ajaran Hindu dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, jujur, dan bermartabat, bebas dari praktik korupsi yang merusak.

Pembahasan

a. Ajaran Dharma Serta Implementasinya

Dharma merupakan suatu ajaran dalam Agama Hindu dengan kompleksitas tinggi untuk dipahami. Dharma adalah konsep yang kompleks dan fundamental dalam agama Hindu, yang mencakup berbagai aspek moral, etika, dan kewajiban sosial. Dalam pengertian yang paling mendasar, Dharma merujuk pada prinsip-prinsip kebenaran, ketertiban, dan keharmonisan yang mengatur alam semesta dan kehidupan manusia. Dharma adalah pedoman hidup yang memandu individu untuk berperilaku benar, adil, dan sesuai dengan tatanan kosmis.

Terdapat dua nilai penting yang menjadi bagian dari Dharma, sekaligus relevan terhadap pembahasan artikel ini, yaitu Asteya dan Satya. Asteya, didefinisikan secara sederhana sebagai tidak mencuri atau mengambil hak yang bukan miliknya. Asteya mencakup segala bentuk pengambilan yang tidak sah atau tidak adil, termasuk korupsi. Di dalam Asteya, terdapat sebuah nilai yang berkaitan yaitu Satya. Satya berarti kebenaran atau kejujuran. Nilai ini menekankan pentingnya berpikir, berkata dan berperilaku jujur dalam semua aspek kehidupan. Kejujuran bukan hanya berarti tidak berbohong, tetapi juga mencakup kesetiaan pada fakta dan kebenaran.

Melalui penjelasan di atas, definisi dharma dapat dikerucutkan sebagai suatu tidakan yang berdasar pada kebenaran. Menurut saya, suatu aksi dapat disebut sebagai dharma apabila tindakan tersebut seminimalnya tidak merugikan siapa pun. Jadi, apabila Anda hendak melakukan sesuatu, jika tindakan tersebut tidak merugikan siapapun, atau bahkan memberikan manfaat, maka dapat dikatakan tindakan tersebut benar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun